
BATUK yang tidak kunjung sembuh sering dianggap hal sepele. Padahal, kondisi tersebut bisa menjadi gejala awal kanker paru. OncoCare Cancer Centre menekankan pentingnya mengenali kapan batuk perlu diwaspadai, sekaligus memperkenalkan kemajuan terapi modern yang kini mengubah harapan hidup pasien.
Data Globocan 2022 menunjukkan kanker paru merupakan kanker ketiga terbanyak di Indonesia sekaligus penyebab utama kematian akibat kanker pada pria.
Lebih mengkhawatirkan, sekitar 70% kasus baru terdiagnosis pada stadium lanjut. Kebiasaan merokok masih menjadi faktor risiko terbesar, dengan 65,5 persen pria dewasa di Indonesia tercatat sebagai pengguna tembakau menurut Global Adult Tobacco Survey 2021.
“Tidak semua batuk itu ringan. Bila batuk berlangsung lama, terutama pada mereka yang memiliki riwayat merokok atau terpapar polusi, perlu dilakukan pemeriksaan,” ujar Konsultan Onkologi Senior di OncoCare Singapura Akhil Chopra.
MI/HO--Konsultan Onkologi Senior di OncoCare Singapura Akhil Chopra.
Ia menambahkan, kanker paru yang terdeteksi sejak dini memberi peluang kesembuhan lebih besar. Saat ini, terapi tertarget bisa mengatasi mutasi genetik tertentu tanpa harus menjalani kemoterapi, sehingga membuka harapan baru bagi pasien.
Contoh Kasus dari Pasien Indonesia
OncoCare kerap menerima pasien asal Indonesia yang dirujuk setelah pemeriksaan awal di dalam negeri. Salah satu kasus adalah pria berusia akhir 50-an yang didiagnosis kanker paru stadium awal melalui pencitraan dan tes laboratorium di Indonesia.
Setelah dirujuk ke OncoCare Singapura, ditemukan mutasi genetik yang dapat diatasi dengan obat tertarget. Pasien langsung memulai terapi dalam waktu dua minggu, tanpa perlu kemoterapi, dan dapat kembali beraktivitas tidak lama setelah pengobatan.
Kemajuan Teknologi untuk Terapi Presisi
Kanker paru stadium awal lebih mudah diobati dengan risiko efek samping yang lebih rendah. Perkembangan teknologi pencitraan, uji biomarker, dan terapi presisi kini memungkinkan pengobatan yang lebih tepat sasaran.
Terapi modern membantu menyesuaikan pengobatan dengan profil genetik tumor, menggunakan obat tertarget maupun imunoterapi yang meningkatkan angka harapan hidup, sekaligus mengurangi kebutuhan terapi agresif.
Layanan bagi Pasien Internasional
Sebagian besar pasien Indonesia memilih berobat ke luar negeri untuk mendapatkan akses ke terapi modern. OncoCare hadir untuk mendukung kebutuhan tersebut melalui tim multidisiplin yang terdiri dari onkolog, ahli bedah toraks, radiolog, hingga tenaga medis lain. Setiap pasien menerima rencana terapi personal yang mempertimbangkan jenis kanker, profil genetik, gaya hidup, dan tujuan pribadi.
Selain itu, OncoCare menyediakan akses ke obat-obatan inovatif, termasuk uji klinis, serta layanan pasien internasional yang dilengkapi staf berbahasa Indonesia dan bantuan concierge. Dengan pusat layanan di Singapura dan Malaysia, pasien Indonesia dapat lebih mudah mendapatkan perawatan berkelas dunia.
Edukasi mengenai pentingnya deteksi dini kanker paru merupakan bagian dari komitmen OncoCare untuk memberdayakan masyarakat. Klinik ini menghadirkan pengobatan berbasis bukti, diagnostik akurat, serta layanan empati yang berfokus pada pengurangan toksisitas terapi, pengelolaan gejala, dan peningkatan hasil jangka panjang.
Sejak berdiri pada 2007, OncoCare telah berkembang menjadi grup onkologi swasta terkemuka di Asia dengan klinik di Singapura, Malaysia, Hong Kong, dan Filipina.
Di Singapura saja, OncoCare melayani lebih dari 40.000 kunjungan pasien setiap tahun, mencakup 33 kewarganegaraan melalui sembilan pusat layanan.
Sebagai bagian dari Tamarind Health, OncoCare terus mendorong riset dan inovasi di bidang onkologi dengan keyakinan bahwa keahlian dan teknologi menghasilkan perawatan yang lebih baik. (Z-1)