Keberhasilan Banyuwangi dalam membangun city branding dilirik banyak daerah untuk belajar. Sejumlah pemangku kepentingan dari berbagai daerah pun mengikuti Executive Education Program (EEP) yang dihelat City Branding Institute selama dua hari mulai Jumat (1/8).
Salah satu penggagas City Branding Institute, Yuswohadi, mengatakan, city branding adalah strategi menyeluruh untuk membangun citra dan identitas unik sebuah kota agar dikenal, diminati, dan dipercaya oleh dunia.
“Banyuwangi bisa jadi laboratorium yang bagus bagi daerah yang ingin membangun City Branding dari nol,” Yuswohadi.
Menurutnya, Banyuwangi adalah contoh daerah yang berhasil bertransformasi dari sebelumnya dikenal karena mistiknya kini menjadi daerah terkenal karena pariwisatanya.
“Banyuwangi sukses bertransformasi. Dari tidak punya (destinasi dan atraksi), kemudian diciptakan hingga menjadi sesuatu yang luar biasa. Ini bisa menjadi role model untuk city branding di Indonesia,” kata pakar branding dan marketing tersebut.
Program EEP City Branding ini menghadirkan tokoh-tokoh berpengalaman sebagai mentornya. Seperti Arief Yahya, Menteri Pariwisata RI 2014–2019, Abdullah Azwar Anas, Menpan RB 2022-2024, serta Sigit Pramono, Founder Jazz Gunung.
Pada angkatan pertama, EEP City Branding diikuti oleh 30 peserta. Mereka adalah para pengambil kebijakan dari berbagai daerah di Indonesia, di antaranya Kabupaten Lampung Selatan, Penajem Utara, Samarinda, dan Kota Serang.
Selama dua hari, peserta tersebut mengikuti pembelajaran berbasis pengalaman (experiential learning), memanfaatkan template strategi praktis, dan melakukan kunjungan ke destinasi unggulan Banyuwangi untuk mempelajari penerapan nyata city branding. Salah satunya, ke pendopo dan bertemu Bupati Banyuwangi, Ipuk Firstiandani, Jumat malam (1/8).
Menteri Pariwisata Periode 2014-2019, Arief Yahya, menambahkan city branding menjadi alat strategis untuk memposisikan daerah di tengah persaingan global.
“Peningkatan reputasi daerah sebesar 10 persen mampu mendorong kunjungan wisata hingga 11 persen dan investasi hingga 2 persen. Itulah kekuatan city branding,” kata Arief Yahya.
City branding tidak hanya soal promosi wisata, tetapi strategi jangka panjang untuk mengangkat daya saing daerah. Sebagaimana yang ditegaskan oleh Abdullah Azwar Anas yang dalam sepuluh tahun memimpin Banyuwangi (2010-2020) berhasil menyulapnya dari kota mistik menjadi majestic.
“City branding bukan hanya soal promosi, ini soal menyelaraskan seluruh elemen kota, mulai dari alam, budaya, hingga layanan publik, sehingga memberikan pengalaman menyeluruh bagi warga dan pengunjung,” tegas penulis buku Anti Mainstream Marketing tersebut.