Bahlil menjelaskan, Kementerian ESDM mengusulkan volume BBM dan bersubsidi dalam RAPBN 2026 sebesar 19.162.000 kiloliter (KL), terdiri dari minyak tanah 526.000 KL dan minyak solar sebesar 18.636.000 KL, dengan subsidi tetap minyak solar sebesar Rp 1.000 per liter, dan LPG 3 kg sebesar 8.000.000 ton.
"Subsidi listrik sebesar Rp 101.72 triliun. Ada direktur PLN di sini? Ini rakyat kita harus perhatikan," katanya saat Rapat Kerja (Raker) Komisi XII DPR, Rabu (27/8).
Saat itu, Anggota Komisi XII DPR Sugeng Suparwoto meminta penjelasan terkait lonjakan subsidi listrik jika dibandingkan tahun ini. Bahlil menjelaskan, alasannya karena penambahan jumlah pelanggan PLN.
Namun demikian, Bahlil enggan menjelaskan lebih lanjut berapa besar kenaikan jumlah pelanggan tersebut karena akan dibahas dalam rapat selanjutnya. Dia hanya menyebutkan, tugas pemerintah yakni melakukan pengawasan terhadap implementasi penggunaan anggaran subsidi untuk PLN.
"Subsidi naik menjadi Rp 101 triliun, itu jumlah pelanggannya naik, tapi kami akan lampirkan pelanggannya dari berapa ke berapa, sehingga inheren alasan kenapa kemudian subsidi itu bisa naik," ungkap Bahlil.
Adapun dalam bahan paparan yang ditampilkan saat Raker, memang terdapat peningkatan volume penjualan dan jumlah pelanggan listrik bersubsidi pada tahun 2025 dan 2026.
Volume penjualan listrik pada APBN 2025 ditetapkan 73,13 TWh, dengan outlook yang lebih besar yakni 76,63 TWh. Pada RAPBN 2026, volume penjualan listrik melesat hingga 81,56 TWh.
Dari sisi jumlah pelanggan, dalam APBN 2025 ditetapkan sebesar 42,08 juta pelanggan, dengan outlook hingga akhir tahun 2025 meningkat menjadi 43,43 juta. Jumlah pelanggan ditargetkan kembali meningkat dalam RAPBN 2026 menjadi 44,88 juta.