Ilustrasi ngaji Alquran tentang ayat sidratul muntaha.
REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Allah beberapa kali menyebutkan sidratul muntaha, ungkapan yang menunjukkan batas akhir yang bisa dijangkau makhluk. Allah menjelaskan ungkapan itu dalam Surah an Najm ayat 14 berikut ini,
عِنْدَ سِدْرَةِ الْمُنْتَهٰى
'inda sidratil-muntahā
(yaitu) di Sidratil Muntaha.
Ulama penafsir Alquran Wahbah Zuhaili dalam tafsirnya menjelaskan, bahwa Sidratul Muntaha adalah batas akhir yang dapat makhluk ketahui. Di dekatnya terdapat surga tempat ruh orang-orang beriman bersemayam.
Tafsir Kementerian Agama RI menjelaskan sebagai berikut:
Allah menerangkan bahwa sesungguhnya Muhammad saw pernah melihat Jibril (untuk kedua kalinya) dalam rupanya yang asli pada waktu melakukan mi‘raj ke Sidratul Muntaha yaitu suatu tempat yang merupakan batas alam yang dapat diketahui oleh para malaikat.
Ada yang berpendapat bahwa maksud ayat ini adalah seperti dalam firman Allah:
وَاَنَّ اِلٰى رَبِّكَ الْمُنْتَهٰىۙ ٤٢
Sesungguhnya kepada Tuhanmulah kesudahannya (segala sesuatu). (an- Najm/53: 42)
Setiap Mukmin wajib mempercayai bahwa Sidratul Muntaha itu sebagaimana yang telah diterangkan oleh Allah dalam ayat-Nya. Tetapi ia tidak boleh menerangkan tempatnya dan sifat-sifatnya, dengan keterangan yang melebihi daripada apa yang telah diterangkan oleh Allah dalam Al-Qur’an, kecuali bila keterangan itu kita dapat dari hadis Nabi Muhammad saw yang menerangkan kepada kita dengan jelas dan pasti, karena hal itu termasuk dalam hal yang gaib yang belum diizinkan kita untuk mengetahuinya.
Menurut hadis yang diriwayatkan oleh Aḥmad, Muslim, at-Tirmīzī, dan lain-lainnya bahwa Sidratul Muntaha itu ada di langit yang ketujuh.