Fenomena aphelion 2025 banyak diperbincangkan masyarakat Indonesia. Hal ini membuat banyak penasaran tentang apa itu fenomena aphelion?
Selain itu, banyak juga yang penasaran dengan dampaknya terhadap cuaca di Indonesia. Pasalnya, fenomena tersebut terjadi setiap tahunnya dan sangat penting terhadap dinamika orbit Bumi.
Apa Itu Fenomena Aphelion Matahari?
Istilah aphelion berasal dari bahasa Yunani, “apo” yang artinya jauh dan “helios” berarti matahari. Sehingga, aphelion diartikan sebagai posisi Matahari berada di jalak paling jauh dengan Bumi.
Hal ini dikarenakan revolusi atau perputaran Bumi dalam mengitari Matahari tidaklah bulat sempurna, namun memiliki lintasan elips atau seperti irisan kerucut.
Artinya, Bumi bisa berada di titik terdekat dengan Matahari yang dikenal dengan perihelion dan titik terjauh bernama aphelion. Selain itu, fenomena tersebut terjadi di setiap tahunnya, sebagai contoh:
Dampak Aphelion terhadap Cuaca di Indonesia
Dikutip dari laman bmkg.go.id, fenomena aphelion adalah posisi Matahari berada di titik terjauh dengan bumi. Hasilnya adalah cuaca di Indonesia akan lebih dingin dari biasanya.
Akan tetapi, kondisi tersebut tidak terlalu berpengaruh banyak. Seperti fenomena udara dingin umumnya terjadi di bulan-bulan puncak musim kemarau di Juli-September yang biasa aphelion terjadi.
Pasalnya, pergerakan angin dari arah timur-tenggara yang berasal dari Benua Australia sedang mengalami musim dingin. Adanya pola tekanan udara yang relatif tinggi di Australia menyebabkan pergerakan massa udara dari Australia menuju Indonesia atau Monsun Dingin Australia.
Udara dingin tersebut bertiup menuju wilayah Indonesia melewati perairan Samudera Indonesia yang memiliki suhu permukaan laut juga relatif lebih dingin, sehingga mengakibatkan suhu di beberapa wilayah di Indonesia terutama bagian selatan khatulistiwa (Pulau Jawa, Bali, dan Nusa Tenggara) terasa juga lebih dingin.
Selain itu, berkurangnya awan dan hujan di Pulau Jawa hingga Nusa Tenggara turut berpengaruh ke suhu yang dingin di malam hari. Sebab, tidak adanya uap air dan air menyebabkan energi radiasi yang dilepaskan oleh bumi pada malam hari tidak tersimpan di atmosfer.