Jakarta, CNBC Indonesia - Pemerintah optimistis ekspor Indonesia akan tetap kompetitif di tengah penerapan tarif resiprokal dari pemerintah Amerika Serikat (AS) di bawah Donald Trump, yang mulai berlaku pada 7 Agustus 2025.
Menteri Perdagangan (Mendag) Budi Santoso menyatakan, meski negara pesaing seperti Malaysia, Thailand, dan Filipina juga mendapat tarif serupa, Indonesia masih punya keunggulan dalam penetrasi pasar ekspor, khususnya ke Amerika Serikat.
"Ekspor kita kan kemarin saya sampaikan Januari-Juni naik 7,7%. Kemudian tujuan utama ekspor kita itu pertama ke China, kedua ke Amerika. Surplus terbesar kita Januari-Juni itu ke Amerika, US$9,9 miliaran. Yang kedua ke India. Artinya produk kita bisa bersaing di Amerika," ujar Budi saat ditemui di kantornya, Rabu (6/8/2025).
Budi menjelaskan, tarif bea masuk ke AS sebesar 19% yang didapat Indonesia terbilang masih kompetitif. Pasalnya, tarif serupa juga diterapkan pada beberapa negara pesaing di ASEAN.
"Kita kan dapat 19%, itu termasuk kecil ya. Karena negara ASEAN yang dapat 19% itu Malaysia, Thailand, Filipina. Sementara negara-negara lain seperti pesaing-pesaing utama kita, seperti China, Vietnam, India itu kan di atas 19%," jelasnya.
Ia pun menekankan, posisi Indonesia saat ini lebih unggul dibanding sebelumnya, terutama setelah diberlakukannya skema tarif baru yang bersifat resiprokal, menggantikan sistem Most Favoured Nation (MFN) yang selama ini membuat tarif bea masuk relatif seragam.
"Kalau pasar Amerika terus tetap bergairah, berarti kita semakin mudah masuk ke sana. Karena kita, kita bersaingnya, start-nya itu tidak mulai dari nol. Kita selangkah lebih maju dibanding negara yang lain. Kalau dulu kita bersaing dengan negara lain, kita bersaing masuk ke Amerika itu kan sama ya, pakai MFN," terang dia.
"Kalau MFN kan hampir sama tarifnya. Nah sekarang kan, resiprokal kan tarifnya. Kita lebih dapat yang rendah sehingga ya harapan kita semakin mudah. Sebenarnya itu kesempatan yang besar masuk ke Amerika itu," sambungnya.
Terkait posisi Indonesia yang bersaing langsung dengan negara ASEAN seperti Malaysia dan Filipina, Budi mengaku tidak khawatir.
"Gak apa-apa, itu juga negara utama kita, kita bisa bersaing dengan mereka," ujarnya.
Dengan tarif bea masuk yang kini lebih kecil dibandingkan negara pesaing di luar ASEAN, Budi meyakini kinerja ekspor Indonesia akan terdongkrak.
"Seharusnya meningkat, karena kan sama saja kan tarif bea masuknya lebih kecil dibanding negara lain. Seharusnya lebih meningkat, ya artinya hitung-hitungannya lebih meningkat. Makanya kita bagaimana memanfaatkan utilisasi itu secara optimal ya. Kita mendorong bersama-sama pelaku usaha supaya memanfaatkan kesempatan ini," pungkasnya.
(dce)
[Gambas:Video CNBC]
Next Article Video: Trump Pantang Mundur Berlakukan Tarif Resiprokal, RI Bisa Apa?