Perplexity AI membuat langkah mengejutkan. Perusahaan rintisan (startup) itu dilaporkan mengajukan penawaran untuk mengakuisisi bisnis web browser Chrome milik Google.
Nilainya cukup fantastis, yakni 34,5 miliar dolar AS atau sekitar Rp 556 triliun (kurs Rp 16.128,4). Angka ini jauh melampaui valuasi Perplexity sendiri (sekitar 14 miliar dolar AS atau Rp 225 triliun), dan menjadi sinyal ambisi besar mereka dalam persaingan browser berbasis kecerdasan buatan (AI).
Startup yang didirikan dan dipimpin oleh Aravind Srinivas itu bukan kali ini saja melontarkan penawaran sensasional. Pada awal tahun ini, perusahaan juga pernah mencoba membeli operasional TikTok di AS, yang disorot pemerintah di sana atas kekhawatiran kepemilikan China.
Sejumlah raksasa lain, termasuk OpenAI, Yahoo, dan firma ekuitas swasta Apollo Global Management, juga disebut tertarik pada Chrome, menyusul tekanan regulator yang mengancam dominasi Google di industri mesin pencari.
Google sendiri belum memberikan komentar resmi. Perusahaan juga belum pernah menjajakan Chrome untuk dijual.
Induk perusahaan, Alphabet, berencana mengajukan banding atas putusan pengadilan AS tahun lalu yang menyatakan Google memonopoli web browser secara ilegal. Sebagai bagian dari tuntutan hukum tersebut, Departemen Kehakiman AS sempat mengusulkan divestasi Chrome.
Perplexity tidak merinci bagaimana mereka akan mendanai pembelian Chrome, tapi mengklaim beberapa dana investasi siap membiayai penuh kesepakatan tersebut. Perusahaan yang baru berusia tiga tahun itu telah mengumpulkan dana sekitar 1 miliar dolar AS (Rp 16 triliun) dari investor, termasuk Nvidia dan SoftBank.
Langkah ini dinilai strategis karena web browser kembali menjadi gerbang penting lalu lintas pencarian dan data pengguna di era kecerdasan buatan. Perplexity sendiri telah memiliki browser AI bernama Comet, dan akuisisi Chrome berpotensi memberikannya akses ke lebih dari tiga miliar pengguna, memperkuat posisinya melawan pesaing besar seperti OpenAI yang juga tengah mengembangkan browser AI-nya sendiri.
Menurut laporan Reuters yang berdasarkan dokumen internal, Perplexity berjanji akan mempertahankan kode dasar Chrome (Chromium) sebagai open source, menginvestasikan 3 miliar dolar AS (Rp 48 triliun) selama dua tahun, serta tidak mengubah mesin pencari default Chrome.