
Menteri Luar Negeri RI (Menlu) Sugiono mengungkapkan bahwa seluruh negara ASEAN, termasuk Indonesia, sepakat memperkuat kerja sama kawasan dan mencari alternatif pasar sebagai respons atas tekanan ekonomi global, termasuk kebijakan tarif tinggi yang dilontarkan Presiden Amerika Serikat (AS) Donald Trump.
“Bagaimana bukan menghilangkan ketergantungan tapi cari (pasar) alternatif menghadapi situasi ekonomi global seperti ini. Dan tadi semua menyampaikan concern yang sama bahwa ASEAN wilayah yang besar, ada 700 juta penduduknya, merupakan pasar yang besar,” kata Sugiono saat ditemui di ASEAN Foreign Ministers' Meeting (AMM) di Kuala Lumpur, Malaysia, Rabu (9/7).
Meski isu tarif tidak dibahas secara spesifik, Sugiono menegaskan bahwa tidak ada rencana pembalasan atau retaliasi terhadap AS. Sebaliknya, para Menlu mendorong penguatan ekonomi masing-masing negara di ASEAN.
“Kita tidak membahas tarif secara detail, dan saya kira masing-masing negara punya mekanisme negosiasi. Tapi intinya, kita setuju tidak ada retaliasi, kemudian bagaimana memperkuat istilahnya ekonomi kita masing-masing sebagai negara ASEAN,” ucap Sugiono.
Mengenai potensi diversifikasi pasar Indonesia, Sugiono menegaskan pentingnya mengenali kekuatan dalam negeri sebelum terlalu bergantung pada pasar global tertentu.
Ia pun menilai langkah Presiden Prabowo saat ini untuk membangun kemandirian di sektor pangan, energi, dan investasi sumber daya manusia sudah berada di jalur yang tepat.
“Kita (Indonesia) ingin bisa Swasembada. membangun kekuatan ekonomi yang nggak bergantung pada siapa pun dan tetap bisa menjaga hubungan luar negeri dengan baik,” tutup Sugiono.
Sementara itu ditemui di tempat terpisah, Jubir Kemenko Perekonomian Haryo Limanseto mengatakan pemerintah menegaskan fokus utama saat ini adalah menurunkan tarif impor AS terhadap produk Indonesia yang kini mencapai 32 persen.
Terkait keanggotaan BRICS, pemerintah menyatakan keputusan itu bukan bentuk respons atas tarif AS. “Itu bagian dari politik luar negeri bebas aktif, bukan soal transaksi dagang semata,” ujar pejabat Kemenko Perekonomian.
Indonesia kini dibebankan tarif impor tambahan sebesar 32 persen oleh Trump. Selama ini, barang Indonesia yang masuk ke AS juga sudah dikenakan tarif impor atau bea masuk.
Trump menyampaikan surat mengenai tarif resiprokal ditujukan kepada Presiden Indonesia Prabowo Subianto. Tarif yang akan berlaku mulai 1 Agustus 2025 tersebut tidak termasuk dengan tarif impor yang sudah berlaku sebelumnya.