Kepala PPATK Ivan Yustiavandana mengatakan transaksi deposito judol pada April 2025 tembus Rp 5,8 triliun, naik tajam dibandingkan transaksi bulan sebelumnya Rp 2,59 triliun.
"(Melonjak) ini ada fenomena Lebaran, udah di-liquid (dicairkan) dan segala macam. Ternyata dipakai juga untuk kepentingan judol oleh saudara-saudara kita," kata dia usai gelaran diskusi Katadata bertajuk Strategi Nasional Memerangi Kejahatan Finansial di Kuningan, Jakarta, Selasa (5/8).
Meski begitu, transaksi di bulan berikutnya turun. Ivan mengeklaim karena kebijakan blokir rekening dormant.
Jika dirunut, pada Januari 2025 transaksi deposito judol Rp 2,96 triliun. Per Februari 2025 naik jadi Rp 3,05 triliun. Ketika Maret, transaksi sempat turun jadi Rp 2,59 triliun. Tapi per April langsung melesat Rp 5,8 triliun. Per Mei 2025 turun drastis jadi Rp 2,29 triliun.
"Dan turun lagi sekarang (Juni) Rp 1,5 triliun,” jelas Ivan.
Ivan mengatakan turunnya transaksi deposito ini sejalan dengan langkah PPATK yang mulai memberlakukan pemblokiran bagi rekening dormant pada 16 Mei 2025.
“Sangat signifikan. Jadi upaya yang kita lakukan ini justru adalah upaya untuk menjaga integritas sistem keuangan yang pada akhirnya menambah kepercayaan publik terkait dengan hak dan kepentingan mereka terhadap rekening-rekeningnya,” terangnya.
Ivan menegaskan rekening dormant rentan disalahgunakan oleh pihak yang tidak bertanggung jawab, termasuk untuk perilaku judol. Pelaku kejahatan termasuk pemain judol biasanya menutupi identitas pribadi. Akhirnya, pemanfaatan rekening dormant dianggap jadi solusi.