Seorang santriwati berinisial KE (17) dianiaya seorang santriwati lainnya di pondok pesantren di Kapanewon Turi, Kabupaten Sleman. Pihak pondok pesantren mengatakan pelaku telah dikeluarkan dari pondok pesantren sesaat setelah peristiwa itu terjadi.
"Sesuai prosedur ketika kejadian itu terjadi santriwati tersebut langsung diproses yang melakukan pencakaran langsung keluar SP3 atau dikembalikan ke orang tuanya malam hari itu juga," kata Ketua Pengawas Yayasan Pak Haji Ismail Pondok Pesantren HPAIC Merapi, Agus Giyanto, dikonfirmasi, Kamis (21/8).
"Sesuai aturan itu pelanggarannya kategori berat," bebernya.
Agus mengatakan ponpes tidak pernah ada pembiaran terkait kasus ini. Selain mengeluarkan pelaku, ponpes juga memberikan perawatan ke korban.
"Yang menjadi korban langsung ditangani pihak kesehatan pondok. Dirawat pokoknya sebagaimana mestinya lukanya kita rawat, secara psikologinya kita tenangkan," bebernya.
Agus bercerita peristiwa terjadi pada 24 Juni 2025. Pemicu kejadian terjadi menjelang Salat Isya. Sementara kekerasan terjadi setelah salat Isya.
"Pemicu masalahnya sepele. Pemicunya itu si pelaku sedang duduk sama temannya di sudut masjid. Di sudut masjid itu terdapat tempat menyimpan meja kecil untuk baca Quran," kata Agus.
"Itu kemudian si korban datang mau mengambil meja lipat. Ketika ngambil di bawah harus nungging. Nah kenapa nunggingnya diarahkan ke muka pelaku," katanya.
"Kemudian si pelaku merasa 'kok begini' disentuhlah pantatnya itu. Yang disentuh pantatnya tidak terima. Akhirnya cekcok saling menyalahkan," katanya.
Menurut Agus ada saksi dalam peristiwa itu. Lanjut Agus, korban yang jengkel kemudian menyembunyikan sandal pelaku. Pelaku yang mengetahui hal itu ikut jengkel. Sehingga saling menyembunyikan sandal.
"Si korban ketemu sandalnya. Di waktu ketemu dia ngejek. Tambah jengkel lagi," katanya.
Lanjut setelah salat Isya, si pelaku buru-buru ke kamar dan bertemu dengan korban.
"Cekcok lagi di situ. Akhirnya dilerai sama temannya. Dilerai, mereka pisah. Tak diduga sama teman-teman, pelaku nyerang lagi sampai penjambakkan dan pencakaran," kata Agus.
Soal penendangan, Agus mengatakan ada tindakan menendang tetapi yang terkena justru teman lainnya.
"Kalau yang nendang itu lebih kena yang melerai malahan," jelasnya.
Soal peristiwa kekerasan yang terjadi pada 2022, Agus mengatakan peristiwa tersebut sudah terselesaikan.
"Tahun 2022 itu memang pernah terjadi seperti itu menurut informasi dari guru keamanan santri perempuan. Dan waktu itu sudah ditangani. Yang bersangkutan sudah dipanggil pihak keamanan santri dan sudah didamaikan. Dan waktu itu tidak ada keberatan sama sekali dari pihak manapun," katanya.