
DIABETES merupakan penyakit kronis yang ditandai oleh tingginya kadar gula dalam darah. Gula atau glukosa memang salah satu sumber energi utama bagi tubuh. Namun, pada penderita diabetes, gula yang masuk ke dalam tubuh tidak dapat digunakan dan diproses dengan efektif oleh tubuh.
Jumlah penderita diabetes di Indonesia menempati posisi kelima dunia. Data ini dipublikasikan International Diabetes Federation (IDF) pada 2021. Dicatat sebanyak 19,47 juta orang di Indonesia hidup dengan diabetes dan angka tersebut diproyeksikan akan terus meningkat setiap tahunnya seiring dengan gaya hidup tidak sehat, obesitas, dan pola makan berlebih. Lalu, apakah faktor-faktor penyebabnya hanya itu saja?
Polusi Udara dari Kendaraan Bermotor
Polusi udara merupakan salah satu isu lingkungan dan kesehatan paling signifikan di abad ini. Sumber utama polusi berasal dari pembakaran bahan bakar fosil, emisi kendaraan, dan aktivitas konstruksi. Polutan tersebut hadir dalam bentuk partikel udara berukuran mikroskopis yang tidak kasat mata, disebut dengan istilah particulate matter (PM) atau partikel halus. Partikel ini kemudian dapat menembus paru-paru, masuk ke aliran darah, dan memicu beragam penyakit.
PM sendiri merupakan campuran debu, asap, dan butiran halus lain yang kemudian menjadi satu komponen utama polusi udara. Semakin kecil ukuran partikel polusi, semakin mudah menembus paru-paru dan masuk ke aliran darah. Menurut pakar pulmonologi, partikel halus berdiameter 2,5 mikrometer atau PM2.5 dapat dengan mudah menyebar dalam sirkulasi darah dan mengganggu metabolisme tubuh.
Hubungan Polusi Udara dengan Diabetes
Polusi udara dari kendaraan bermotor, khususnya sepeda motor ditemukan menjadi salah satu faktor penyebab diabetes melitus yang tak kalah berbahaya.
Sebuah penelitian berbasis sampel polusi di Denmark menegaskan bahwa paparan partikel udara seperti PM2.5, ultrafine particles (UFP), elemental carbon (EC), dan nitrogen dioksida (NO2) selama lima tahun terkait erat dengan peningkatan risiko diabetes melitus. Hasil studi ini dipublikasikan dalam International Journal of Epidemiology (IJE).
Mekanisme biologis di balik fenomena ini melibatkan peradangan sistemik, stres oksidatif, dan berkurangnya sensitivitas insulin. Jika semua faktor tersebut berkombinasi, maka akan mendorong terjadinya resistensi insulin yang menjadi pemicu utama dari diabetes. Uniknya, beberapa studi bahkan menyamakan efek paparan polusi udara dengan pola makan tinggi lemak.
Dengan jumlah sepeda motor yang mendominasi lalu lintas perkotaan di Indonesia, kontribusi emisi kendaraan terhadap polusi udara tidak dapat diabaikan. Para pakar menekankan perlunya strategi pencegahan, mulai dari kebijakan transportasi ramah lingkungan, pembatasan emisi kendaraan lama, hingga edukasi publik untuk mengurangi paparan.
Bagi Indonesia, temuan ini seakan-akan menjadi peringatan keras. Polusi udara saat ini bukan sekadar masalah lingkungan, melainkan juga ancaman nyata bagi kesehatan masyarakat, termasuk memperburuk beban epidemi diabetes yang sudah mengkhawatirkan. (International Journal of Epidemiology/Hindustantimes/Z-2)