REPUBLIKA.CO.ID, TEL AVIV— Pakar militer Brigadir Jenderal Hassan Jouni mengatakan rencana Israel untuk menduduki kembali seluruh Jalur Gaza atau membatasinya dengan menduduki Kota Gaza mirip dengan operasi Kereta Gideon dan tujuan-tujuannya, yaitu pengulangan operasi sama menggunakan judul lain namun dengan kegagalan baru.
Dalam segmen Aljazeera yang menganalisis perkembangan militer di Gaza, dikutip Ahad (10/8/2025), Jouni menjelaskan tujuan Kereta Gideon adalah untuk menembus sabuk keamanan internal perlawanan, dan oleh karena itu mereka menginginkan tujuan yang sama dengan menduduki Kota Gaza.
Akhir bulan lalu, Israel Broadcasting Corporation mengatakan pihak keamanan sedang mempertimbangkan beberapa alternatif setelah berakhirnya Operasi Kereta Gideon, yang diluncurkan pada pertengahan Mei lalu dan tidak berhasil mengubah masalah tawanan.
Namun, pakar militer tersebut menyatakan Israel kemungkinan besar akan gagal dalam mencapai tujuannya untuk menduduki kembali Kota Gaza.
Alasannya adalah perlawanan masih aktif di lingkungan Shujaiya, Daraj, Zeitoun, dan Tuffah, yang merupakan perbatasan timur Gaza, sementara perlawanan lebih kuat di dalam kota karena kondisi kota, kerumitan, dan peta kerja perlawanan.
Sehubungan dengan perselisihan di Israel, tampaknya ada kesepahaman antara Perdana Menteri Benjamin Netanyahu— yang sedang dicari oleh Mahkamah Pidana Internasional—dan Kepala Staf Eyal Zamir mengenai aksi militer yang akan datang di Jalur Gaza.
Terutama sejauh mana perlunya aksi militer tersebut dilakukan secara bertahap dan diawali dengan pendudukan dan kontrol atas Gaza.
BACA JUGA: Mengapa Orang Yahudi Menganggap Malaikat Jibril Musuh Bagi Mereka?
Menurut Johnny, perbedaan pendapat yang terus menerus antara tingkat politik dan militer di Israel tercermin dalam moral para prajurit dan tentara dalam mengimplementasikan setiap keputusan di lapangan.
Ketidaksepakatan yang terus menerus terjadi antara Netanyahu dan para Kepala Staf, dan juga dengan mantan Menteri Pertahanan Yoav Galant, disebabkan oleh fakta bahwa mantan Menteri Pertahanan Yisrael Katz dan Menteri Pertahanan yang sekarang, Yisrael Katz, bukan berasal dari kalangan militer.