CEO Optik Tunggal, Alex Kurniawan (kanan), bersama aktris Asri Welas (kiri), pada Juli 2025 lalu mengunjungi salah satu penerima donasi kacamata khusus di Bandung, Jawa Barat. Bayi berusia sembilan bulan bernama Eklema Nisa Azizah merupakan penerima manfaat program CSR Kacamata Katarak Kongenital Optik Tunggal. Kunjungan ini menjadi simbol komitmen perusahaan dalam mendukung tumbuh kembang anak-anak pejuang katarak bawaan dengan akses penglihatan yang lebih baik.
REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA — Optik Tunggal meluncurkan program CSR untuk membantu anak-anak penderita Katarak Kongenital mendapatkan kacamata khusus pascaoperasi. Program ini diyakini bisa membuka peluang anak-anak untuk belajar, bermain, dan berinteraksi secara optimal.
CEO Optik Tunggal, Alexander F Kurniawan, menegaskan bahwa inisiatif ini sejalan dengan visi perusahaan meningkatkan kualitas penglihatan generasi Indonesia. "Setiap anak berhak melihat dunia dengan jelas," ujarnya.
Program ini terinspirasi dari pengalaman aktris Asri Welas pada 2017, ketika putranya Ibran didiagnosis Katarak Kongenital. Setelah operasi, Ibran membutuhkan kacamata khusus.
"Begitu memakai kacamata, reaksinya luar biasa. Ia untuk pertama kali melihat jelas wajah saya," tutur Asri.
Sejak 2019, Optik Tunggal bersama Asri mendonasikan kacamata untuk anak-anak prasejahtera, dan kini program berkembang menjadi target 2.025 kacamata gratis.
Optik Tunggal menggunakan lensa presisi ZEISS agar kacamata khusus lebih tipis dan ringan. "Kami selalu ingat senyum pertama anak saat melihat jelas," kata Alexander.
Pada Juli 2025, tim Optik Tunggal mengunjungi Nisa (9 bulan), penerima bantuan di Bandung. Setelah memakai kacamata, Nisa menunjukkan perkembangan visual yang positif. Kisah ini memperlihatkan langsung dampak program bagi masa depan anak-anak.
Optik Tunggal juga meluncurkan kampanye #RunForCongenitalCataract di ajang Maybank Marathon 2025, Bali. Atlet dan komunitas lari dilibatkan untuk mengedukasi publik tentang deteksi dini katarak bawaan.
Ke depan, kampanye #AyoLihatDunia akan melibatkan dinas kesehatan dan puskesmas agar deteksi dini bisa menjangkau lebih luas. "Dengan kacamata yang tepat, anak-anak bisa bermimpi dan meraih masa depan," tutup Alexander.