Tren perjalanan wisatawan di Indonesia pada paruh pertama 2025 menunjukkan hal menarik. Data Kementerian Pariwisata (Kemenpar) mengungkapkan, tingkat okupansi hotel berbintang memang mengalami penurunan sekitar 3,54 poin persentase dibandingkan periode yang sama tahun lalu. Namun di sisi lain, jumlah kamar hotel yang disewa justru naik lebih dari 11 persen.
Fenomena ini dipandang sebagai sinyal bahwa minat wisatawan untuk bepergian tetap tinggi, hanya saja preferensi akomodasi mereka semakin beragam. Selain hotel, wisatawan kini semakin banyak memilih vila, homestay, dan hunian pribadi yang disewakan lewat platform daring.
“Terdapat beberapa kemungkinan, mulai dari kemungkinan wisatawan menginap di akomodasi alternatif. Kami sebetulnya menghargai pertumbuhan usaha pariwisata lewat akomodasi alternatif, seperti vila. Hal ini membantu ketersediaan fasilitas akomodasi untuk wisatawan, bahkan menawarkan pengalaman menginap yang unik di destinasi,” kata Menteri Pariwisata Widiyanti Putri Wardhana seperti dikutip dari keterangan resminya.
Pilihan akomodasi alternatif ini semakin populer di destinasi seperti Bali, Yogyakarta, hingga Labuan Bajo, di mana wisatawan kerap mengutamakan suasana yang lebih personal, dekat dengan budaya setempat, atau akses langsung ke alam.
Meski begitu, kehadiran akomodasi non-hotel juga memunculkan tantangan. Banyak di antaranya belum terdaftar secara resmi sehingga menimbulkan persaingan tidak sehat bagi industri perhotelan yang sudah lama menopang pariwisata Indonesia. Selain itu, wisatawan juga berpotensi tidak mendapatkan perlindungan konsumen bila terjadi masalah selama menginap.
Kementerian Pariwisata pun berkoordinasi dengan berbagai pihak, termasuk Kementerian Komunikasi dan Digital, untuk memastikan ekosistem pariwisata tetap sehat. Salah satunya melalui upaya menertibkan platform digital asing yang memasarkan akomodasi tanpa izin resmi.
"Keberadaan mereka bukan hanya membuat persaingan tidak sehat, tapi juga mengancam keberlangsungan ekosistem pariwisata lokal yang telah taat regulasi," kata Rizki.
Oleh karena itu, prinsipnya adalah pihaknya ingin wisatawan tetap punya banyak pilihan, tapi juga terlindungi. Sementara bagi pelaku usaha, baik hotel maupun vila, didorong agar tercipta iklim usaha yang adil dan berkelanjutan.
Tren ini memperlihatkan bahwa pariwisata Indonesia terus berkembang. Dengan semakin beragamnya opsi akomodasi, wisatawan kini bisa menyesuaikan pengalaman perjalanan mereka mulai dari menginap di hotel berbintang yang nyaman, vila dengan suasana privat, hingga homestay yang memberi sentuhan budaya lokal.