Berdasarkan laporan Bloomberg, Senin (18/8), situasi ini berpotensi menguji tekad pemerintah AS untuk menindak perdagangan tersebut, di tengah perundingan tingkat tinggi mengenai perang di Ukraina.
Kapal Iris dan Voskhod, yang mengangkut muatan dari kilang Arctic LNG 2 di Siberia, mulai berlayar ke Asia Utara melalui Rute Laut Utara pada 15 Agustus setelah tidak beroperasi selama berminggu-minggu.
Menurut data pelacakan kapal yang dihimpun Bloomberg, dua kapal tanker lain yang baru-baru ini dimuat di kilang juga mulai berlayar menuju Asia minggu lalu.
Arctic LNG 2, yang dipimpin oleh Novatek PJSC, berperan penting dalam rencana Rusia untuk melipatgandakan ekspor LNG pada tahun 2030 dan merambah pasar gas baru setelah penurunan tajam penjualan pipa ke pembeli tradisional utama di Eropa.
Arctic LNG 2 memproduksi delapan kargo musim panas lalu, tetapi terpaksa ditutup pada Oktober karena gagal menemukan pembeli dan karena es mulai menumpuk di sekitar fasilitas tersebut. Kilang tersebut, yang awalnya disetujui oleh pemerintahan Biden, melanjutkan pemuatan pada bulan Juni, tetapi belum ada kargo yang berlabuh di fasilitas impor.
Belum jelas apakah keempat kapal yang saat ini menuju Asia pada akhirnya akan menemukan pembeli. Sekitar selusin kapal, termasuk yang dapat berlayar di perairan es, telah dikerahkan untuk melayani Arctic LNG 2, dengan beberapa kapal berganti perusahaan manajemen beberapa kali untuk membantu mengaburkan pemilik sebenarnya.
Di sisi lain, AS telah menahan langkah-langkah pengetatan lebih lanjut terhadap pembeli ekspor energi Rusia, termasuk China, karena berupaya menengahi perjanjian gencatan senjata di Ukraina.
Donald Trump mengatakan bahwa diskusi tatap muka dengan Vladimir Putin pada hari Jumat 'sangat produktif