Dikutip dari Bloomberg pada Senin (18/8), Badan Pusat Statistik (BPS) Israel melaporkan bahwa Produk Domestik Bruto (PDB) Israel turun 3,5 persen secara tahunan.
Angka tersebut juga jauh lebih rendah dari perkiraan survei Bloomberg yang memperkirakan ekonomi Israel masih akan tumbuh tipis 0,2 persen. BPS Israel juga melaporkan bahwa perang dengan Iran tersebut berdampak besar pada pengeluaran konsumsi rumah tangga.
Tercatat, konsumsi rumah tangga Israel merosot 4,1 persen. Selain itu, investasi juga anjlok 12,3 persen. Bahkan, PDB sektor bisnis turun 6,2 persen sementara PDB per kapita turun 4,4 persen atau menjadi yang terendah dalam setahun terakhir.
Sebelumnya, Bank Sentral Israel memproyeksikan pertumbuhan ekonomi 3,3 persen pada tahun ini sementara Kementerian Keuangan Israel menurunkannya menjadi 3,1 persen pada pekan lalu.
“Bank of Israel baru-baru ini memperkirakan adanya defisit PDB 4 persen dari tren pertumbuhan sebelum perang, setara sekitar 80 miliar shekel. Data hari ini makin menjauhkan peluang menutup celah itu,” ujar Ronen Menachem, Kepala Ekonom Pasar di Mizrahi Tefahot Bank.
Meski begitu, Menachem menilai angka ini tidak akan langsung mempengaruhi keputusan suku bunga bank sentral pekan ini. Terkait pertumbuhan ekonomi, untuk mencapai target pertumbuhan tersebut, ekonomi Israel pulih secara signifikan di paruh kedua tahun ini.
Meski demikian, saat ini Israel justru sedang berencana mengambil alih Gaza dalam waktu dekat untuk menaklukkan Hamas. Operasi tersebut dinilai berpotensi mengungsikan 1 juta warga Palestina dan membutuhkan puluhan ribu pasukan cadangan Israel
Sebelumnya, Israel melancarkan serangan mendadak ke Iran pada 13 Juni dengan target fasilitas nuklir dan militer yang disebut menjadi ancaman eksistensial bagi Israel. Setelah itu, Iran membalas dengan serangan rudal balistik, membuat banyak warga Israel terpaksa berlindung.