REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA — Suleiman al Obeid, tokoh legendaris sepak bola Palestina yang mendapat julukan Pelé Palestina, syahid pada Rabu (6/8/2025) lalu saat serangan Tentara Penjajah Israel menyasar warga sipil yang menunggu bantuan kemanusiaan di Gaza selatan, menurut Asosiasi Sepak Bola Palestina (PFA).
Saat menjadi syuhada, al Obeid telah berusia 41 tahun. Lahir di Gaza pada 24 Maret 1984, al-Obeid memulai kariernya bersama Khadamat al-Shati sebelum pindah ke Markaz Shabab al-Am’ari di Tepi Barat yang diduduki. Al Obeid kemudian menjadi pemain profesional di Gaza Sport, tulis Palestine Chronicle.
Ia menjadi pemain inti tim nasional Palestina setelah debutnya pada tahun 2007 saat mencatatkan 24 caps dan mencetak dua gol. Golnya yang paling berkesan yakni sebuah tendangan gunting spektakuler melawan Yaman yang terjadi pada kejuaraan Federasi Sepak Bola Asia Barat 2010.
Selama kariernya yang panjang, al-Obeid mencetak lebih dari 100 gol. Sepak terjang al Obeid menjadikannya sebagai salah satu bintang paling cemerlang di sepak bola Palestina.
Keahlian, kreativitas, dan kepemimpinannya di lapangan membuatnya dijuluki Pelé Palestina, sebuah penghormatan kepada legenda Brasil yang secara luas dianggap sebagai salah satu pemain terbaik dalam sejarah.
PFA mengatakan al-Obeid tewas saat berusaha mendapatkan bantuan kemanusiaan di Jalur Gaza selatan di tengah kelaparan yang meluas serta kekurangan makanan dan air. Ia meninggalkan seorang istri dan lima orang anak.
Kematiannya terjadi hanya sepekan sebelum gugurnya pesepakbola Gaza lainnya, Mahmoud Rafeh Shaheen dari Klub Olahraga Al-Tuffah. Shaheen menjadi sasaran pasukan Israel saat menunggu bantuan. Shaheen adalah pemain Al-Tuffah kedua yang tewas dalam dua pekan, setelah rekan setimnya Ismail Abu Dan.