
PENYAKIT Respiratory Syncytial Virus (RSV) kini menjadi perhatian utama dunia kesehatan. Walau sering dianggap sebagai flu biasa, RSV menyimpan potensi bahaya serius, terutama bagi dua kelompok usia yang paling rentan: bayi dan lansia.
Menurut data The Lancet 2022, lebih dari 6,6 juta kasus RSV terjadi setiap tahun pada bayi di bawah usia enam bulan, dengan sekitar 45.000 kematian akibat komplikasi yang ditimbulkan.
Di Indonesia, virus ini semakin mengkhawatirkan dengan bertambahnya jumlah lansia yang diperkirakan akan meningkat dua kali lipat pada tahun 2050.
Ketua Satgas Imunisasi Dewasa PAPDI, Sukamto Koesnoe, menegaskan bahwa RSV jauh lebih berbahaya dari yang sering dibayangkan masyarakat.
“RSV bukan penyakit ringan. Ini bukan sekadar pilek biasa,” ujar Sukamto saat menjadi pembicara dalam sebuah forum diskusi dengan para wartawan.
RSV dapat menyebabkan komplikasi berat, seperti pneumonia, gagal jantung, bahkan kematian, khususnya pada bayi baru lahir dan lansia. Virus ini sangat mudah menyebar melalui kontak langsung maupun benda yang terkontaminasi, dengan cara yang mirip dengan penularan covid-19.
“Tempat-tempat padat seperti panti jompo, rumah sakit, dan rumah tangga multigenerasi merupakan lokasi yang rentan menjadi sumber penularan,” tambah Sukamto.
Bayi di bawah usia enam bulan dan lansia di atas 60 tahun adalah dua kelompok yang paling rentan. Pada bayi, sistem imun yang belum matang membuat mereka lebih rentan terhadap komplikasi serius seperti bronkiolitis dan gangguan paru jangka panjang.
Sementara pada lansia, penurunan daya tahan tubuh ditambah dengan penyakit penyerta seperti jantung, diabetes, dan PPOK (penyakit paru obstruktif kronis) memperburuk risiko.
“Gejala awal seperti batuk dan pilek ringan sering diabaikan, namun pada lansia bisa berkembang menjadi delirium, sesak napas, bahkan gagal jantung,” jelas Sukamto.
Penelitian global menunjukkan bahwa setiap tahunnya, RSV menyebabkan lebih dari 330 ribu lansia dirawat inap dan sekitar 14 ribu kematian.
Hingga saat ini, belum ada pengobatan spesifik untuk RSV, sehingga pencegahan menjadi strategi utama. Langkah-langkah sederhana seperti mencuci tangan, menjaga etika batuk, tidak menyentuh wajah, dan menjaga jarak dari orang yang sakit wajib diterapkan oleh setiap individu. (Z-10)