REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Larangan dari Kementerian Pendidikan Dasar dan Menengah (Kemendikdasmen) terhadap permainan Roblox yang mengandung kekerasan menjadi topik hangat yang dibicarakan. Menanggapi perbincangan publik ini, dua psikolog dan konselor ahli dari SD dan SMP Cikal Lebak Bulus, Rut Eli Hadadsha, S.Psi., M.Psi., Psikolog dan Rahma Dianti, M.Psi., Psikolog, memberikan pandangan mereka.
Keduanya sepakat bahwa kebijakan tersebut adalah langkah penting untuk melindungi anak dari konten yang tidak sesuai dengan fase tumbuh kembang mereka. Psikolog klinis dan konselor SD Cikal Lebak Bulus, Rut Eli Hadadsha, mengatakan Roblox bukanlah satu permainan tunggal, melainkan sebuah platform tempat pengguna bisa membuat dan memainkan berbagai gim.
“Roblox bukanlah satu gim dengan konten tunggal, melainkan sebuah platform yang memungkinkan pengguna membuat dan bermain berbagai game buatan komunitas. Mengingat Roblox memungkinkan user membuat gim sendiri, ada kemungkinan beberapa game di dalamnya mengandung elemen kekerasan ringan atau konten yang kurang sesuai, sehingga peran pengawasan orang tua dan kontrol konten sangat krusial,” ujarnya dalam keterangan tertulis di Jakarta pada Jumat (22/8/2025).
Psikolog dan konselor SMP Cikal Lebal Bulus, Rahma Dianti, mengatakan kekhawatiran tentang paparan anak terhadap Roblox sangat beralasan. Ini karena platform tersebut mewadahi konten buatan pengguna (user-generated) yang tidak selalu aman.
“Roblox mewadahi konten buatan pengguna (user-generated) oleh karena itu tidak semua konten-konten ini sesuai dan bahkan dapat memberikan dampak negatif untuk anak-anak, terutama jika berkaitan dengan kekerasan, konten dewasa, atau interaksi sosial dengan orang-orang tidak dikenal yang berpotensi membahayakan anak-anak,” kata dia.
Mengenai larangan dari Mendikdasmen, Rut melihatnya sebagai langkah awal yang baik. “Larangan Kemendikdasmen dapat menjadi upaya awal untuk melindungi anak dari konten yang tidak sesuai dengan usianya. Namun, efektivitas larangan ini tentunya masih perlu dipertanyakan mengingat bahwa paparan terhadap kekerasan bukan hanya berasal dari Roblox,” ucapnya.
Rahma juga mendukung pandangan bahwa larangan ini adalah langkah awal yang positif. Menurut dia, meskipun Roblox memiliki fitur kontrol orang tua (parental control) dan pengaturan privasi, fitur-fitur tersebut tidak sepenuhnya menghilangkan potensi risiko yang dapat dihadapi oleh anak ketika mereka mengakses Roblox untuk bermain gim.