Overtourism menjadi momok utama dalam urusan pariwisata Jepang. Banyak warga Jepang yang mengeluhkan soal banyaknya turis yang masuk ke Jepang, khususnya di kota besar seperti Tokyo, Kyoto, dan Osaka.
Direktur Eksekutif Japan National Tourism Organization (JNTO), Hatakenaka Tamaki, menjelaskan bahwa Tokyo, Kyoto dan Osaka yang mengalami overtourism dikenal sebagai Golden Route karena menjadi tujuan wisata utama di Jepang. Untuk mengatasi overtourism, Hatakenaka mengungkapkan pihaknya sedang mempromosikan wilayah selain Tokyo, Kyoto dan Osaka untuk mengatasi overtourism.
"Kami menggunakan SNS (Social Network Service) dan website untuk mengunggah berita, jadi sekarang 70 persen dari berita kami adalah tentang area lain di luar Golden Route," kata Hatakenaka kepada wartawan di Kedutaan Besar Jepang, Jakarta, Jumat (22/8).
Ia pun mengakui jumlah wisatawan Indonesia terus meningkat. Dalam periode Januari hingga Juli 2025 saja, ada sekitar 370 ribu wisatawan Indonesia yang datang ke Jepang.
"Mereka ingin tahu soal wilayah-wilayah lain selain Golden Route. Karena itu kami memperkenalkan wilayah-wilayah itu lewat website dan SNS, jadi itu cukup membantu menangani masalah overtourism," tuturnya.
Isu wisatawan Muslim juga menjadi perhatian JTNO. Bahkan, JTNO mengeluarkan guide book khusus bagi wisatawan Muslim.
Manager JTNO Akita Priandana mengakui salah satu hal yang menjadi perhatian wisatawan Muslim adalah soal produk halal di Jepang.
"Ini sangat disadari oleh JNTO dan pemerintah Jepang. Saat ini semakin banyak kota-kota besar yang sudah mulai menyediakan fasilitas yang bisa mengakomodir umat Muslim tak hanya dari Indonesia tapi seluruh dunia, seperti tempat ibadah hingga restoran yang menyediakan makanan yang aman dikonsumsi wisatawan Muslim," ungkapnya.
Untuk restoran, memang masih belum banyak tempat yang memiliki sertifikat halal. Untuk mengatasi itu, banyak restoran yang mulai menyiapkan dapur khusus untuk makanan atau menu yang aman untuk umat Muslim.
"Jadi diharapkan ke depan lebih agresif lagi, jadi maksudnya tidak hanya di wilayah kota-kota besar. Karena seperti tadi yang dijelaskan sebelumnya, bagaimana cara mengatasi overtourism, agar bisa mempromosikan wilayah di luar Tokyo, Osaka, dan Kyoto," ujarnya.
"Kami juga sadar bahwa tidak bisa hanya sekedar menjelajahkan sisi tourism-nya, tapi juga menjelajahkan sisi lain di kota-kota yang belum banyak turisnya supaya semakin banyak orang Indonesia khususnya yang wisatawan Muslim untuk mulai bisa bergerak tidak hanya tempat-tempat yang populer seperti Tokyo, Osaka, tapi juga mulai ke area-area lain, karena area-area lain juga oke," pungkasnya.