
Aktivitas pembangunan tanggul mitigasi rob di daerah Kalibaru, Cilincing, Jakarta Utara, terus berlangsung pada Jumat (13/6).
Pantauan kumparan pada pukul 09.18 WIB, sejumlah petugas tampak berjaga dan memantau progres konstruksi di lokasi.
Beberapa pekerja terlihat memeriksa alat berat serta melakukan pengukuran teknis di area sekitar bibir pantai. Tak jauh dari lokasi proyek, sejumlah petugas juga tampak memantau kondisi pasang surut air laut secara berkala.

Di sisi lain, kehidupan nelayan di sekitar Kalibaru tetap berjalan seperti biasa.
Beberapa perahu tampak bersandar di dermaga, sementara sejumlah nelayan terlihat bersiap melaut dan merapikan jaring serta peralatan mereka.
Meski proyek pembangunan tanggul laut ini menjadi salah satu infrastruktur strategis nasional, aktivitas warga dan para nelayan di kawasan ini berlangsung normal.

Salah satu nelayan setempat, Ma’ad (55), menyambut baik kehadiran tanggul laut tersebut. Menurutnya, keberadaan tanggul membantu mengurangi banjir rob yang kerap merendam area permukiman dan tempat bersandar perahu.
“Ya ada enaknya, sebagai nelayan, buat perahu. Jadi saya naronya gampang,” ujarnya.
Begitu pula yang dirasakan Masulah (53), seorang warga di RT. 11/RW. 1 Kalibaru, Cilincing, Jakarta Utara.

“Sekarang kalau ada ombak di laut gede, yaudah jeder-jeder udah pas ada tanggul ini. Lagi belum ada mah masuk ke rumah,” ucap Masulah.
Sebelumnya, Giant Sea Wall menjadi salah satu Proyek Strategis Nasional (PSN) yang masuk ke dalam RPJMN 2025-2029. Pemerintah dikabarkan akan membentuk satuan tugas (satgas) yang menangani pembangunan tanggul laut raksasa tersebut.

Wakil Menteri Pekerjaan Umum (PU) Diana menuturkan, nantinya Giant Sea Wall akan terbentang dari Banten sampai Jawa Timur atau tepatnya dari Tangerang hingga Gresik. Proyek tersebut memiliki panjang sekitar 946 km.
Pemerintah menargetkan pembangunan Giant Sea Wall dapat menjadi solusi jangka panjang untuk menanggulangi banjir rob dan penurunan muka tanah yang terus terjadi di wilayah pesisir Jakarta.