Data Kementerian Kesehatan (Kemenkes) menunjukkan bahwa Indonesia menjadi negara dengan konsumsi minuman berpemanis dalam kemasan (MBDK) tertinggi di Asia Pasifik. Padahal, rata-rata minuman tersebut mengandung 22,8 gram gula per 250 ml, atau setara 45,6% dari batas konsumsi harian yang dianjurkan.
Kemenkes sendiri merekomendasikan batas gula sebanyak 50 gram atau empat sendok makan per hari. Jika berlebihan, gula yang tidak digunakan tubuh akan disimpan sebagai cadangan kalori, lalu menumpuk menjadi lemak. Inilah yang bisa memicu berbagai masalah kesehatan.
Berangkat dari kondisi itu, Azhar Ramadhan Sarita, mahasiswa Fisioterapi Universitas Muhammadiyah Malang (UMM), bersama dua rekannya, menggagas ide membuat sirup sehat yang lebih aman dikonsumsi. Produk tersebut mereka beri nama Kokoluks, sirup berbasis Virgin Coconut Oil (VCO).
“Kokoluks ini adalah sirup berbasis VCO, yang memiliki banyak manfaat seperti meningkatkan energi, membantu program diet, menjaga kadar gula darah, hingga melawan radikal bebas karena kandungan antioksidannya,” kata Azhar dikutip dari laman UMM, Jumat (22/8).
Untuk menjaga rasa tetap lezat sekaligus lebih sehat, mereka mengganti gula dengan pemanis alami eritritol yang lebih aman dikonsumsi. VCO sendiri mengandung asam laurat yang membantu melawan virus, bakteri, dan jamur.
"Lemak sehatnya juga cepat diubah menjadi energi, cocok untuk pelaku diet keto maupun clean eating. Selain itu, bisa meningkatkan kolesterol baik, memperlambat penuaan sel, dan membantu mengontrol nafsu makan,” ujarnya.
Saat ini, Kokoluks sudah tersedia dalam bentuk fisik untuk uji coba awal. Proses produksinya dilakukan dalam skala kecil dan masih menunggu hasil uji laboratorium sebagai syarat kelayakan edar.
“Formulanya sudah fix. Kami tinggal menunggu hasil uji lab. Kalau sudah lolos, rencananya akan diproduksi massal dan dipasarkan ke masyarakat,” ujarnya.
Tidak hanya berhenti pada ide dan formulasi, proses produksi Kokoluks juga mengikuti tahapan yang terstruktur secara ilmiah. Ia menyebutkan bahwa mulai dari sterilisasi alat, pembuatan fase air dan minyak, penggabungan emulsi, hingga pengemasan, semuanya dilakukan secara higienis dan sistematis.
Dalam proses pengembangan produk ini, Azhar mengakui bahwa perjalanan mereka tidak selalu mulus. Berasal dari latar belakang jurusan yang berbeda, ia dan tim harus pandai membagi waktu di tengah padatnya aktivitas akademik.
Meski begitu, semangat mereka tidak surut. Azhar dan tim tetap optimis bahwa Kokoluks akan memberi kontribusi positif bagi masyarakat. “Kami ingin mendorong masyarakat untuk memilih minuman alami dan tidak lagi tergantung pada produk tinggi gula atau fast food," ujarnya.