
Guna mempercepat transisi menuju ekonomi hijau di tingkat daerah, Indonesia Business Council for Sustainable Development (IBCSD) bersama KADIN Jawa Tengah menggelar forum lokakarya bertajuk “Aksi Bisnis dalam Mendorong Transisi Menuju Ekonomi Hijau di Jawa Tengah” di Semarang.
Kegiatan ini merupakan bagian dari Net Zero Roadshow yang mendorong keterlibatan aktif sektor industri dalam upaya dekarbonisasi dan pengurangan emisi gas rumah kaca (GRK).
Forum ini menghadirkan lebih dari 50 peserta dari berbagai perusahaan dan instansi pemerintah daerah. Para peserta mengikuti sesi pemaparan dan lokakarya teknis yang membahas strategi dekarbonisasi industri berbasis proses bisnis, efisiensi energi, hingga solusi elektrifikasi proses produksi sebagai langkah nyata menuju emisi nol bersih.
IBCSD bekerja sama dengan WRI Indonesia turut mendorong pelaku usaha untuk melakukan identifikasi sumber emisi dan menyusun strategi transisi energi secara bertahap dan terukur.
“Kerja sama ini dirancang sebagai ruang kolaboratif untuk mempercepat aksi iklim dunia usaha di Indonesia. Melalui pendekatan yang praktikal, kami ingin memastikan bahwa transisi menuju ekonomi hijau bisa diakses oleh semua, termasuk pelaku industri daerah," ujar Program Manager on Climate, Energy & Circular Economy IBCSD, Lusye Marthalia, dalam keterangannya.
"Selain bertujuan untuk menurunkan emisi, inisiatif ini juga diharapkan membuka peluang bisnis baru, memperkuat jejaring, dan membangun kesiapan menghadapi regulasi dan permintaan pasar yang terus berkembang,” imbuhnya.
Dalam sambutannya, Ketua Umum KADIN Jawa Tengah, Harry Nuryanto Soediro, menekankan keterlibatan dunia usaha dalam ekonomi hijau bukan lagi pilihan, tetapi kebutuhan.
“Transformasi menuju ekonomi hijau bukanlah hambatan bagi dunia usaha, melainkan peluang besar. Konsumen global kini semakin selektif terhadap produk-produk yang etis, ramah lingkungan, dan berkelanjutan. Dengan bertransformasi ke arah ekonomi hijau, pelaku usaha di Jawa Tengah tidak hanya akan berkontribusi pada pelestarian lingkungan, tetapi juga meningkatkan daya saingnya di pasar domestik dan internasional,” ujar Harry.

Sementara itu, Muhammad Reza selaku Junior Net Zero Analyst WRI Indonesia, mengatakan, dengan dukungan inisiatif Corporate Assistance Program (CAP) dan akses pembelajaran e-learning platform, pihaknya mendorong demokratisasi pengetahuan untuk mendukung industri melakukan dekarbonisasi yang berbasis sains.
"Dengan penguatan kapasitas ini, perusahaan di Indonesia dapat memulai inventarisasi gas rumah kaca (GRK), menyusun target berbasis sains, dan merancang strategi awal dalam pencapaian target penurunan emisi. Ini semua adalah pengetahuan penting untuk meningkatkan daya saing global dan berkontribusi kepada pertumbuhan ekonomi yang rendah karbon.” ujar dia.
Sesi lokakarya teknis menjadi bagian penting dari forum ini, di mana peserta memetakan proses bisnis mereka dan menjajaki peluang efisiensi energi serta penggunaan energi terbarukan.
Panduan praktis dan fasilitator ahli disediakan untuk mendampingi peserta menyusun rencana aksi yang realistis. Sesi ini dilanjutkan dengan presentasi dari para peserta, dengan memaparkan rencana aksi prioritas yang teridentifikasi selama lokakarya.
Salah satu perwakilan perusahaan yang hadir dalam lokakarya ini, Iwan Setyo Wibowo, Energy & Production Support Manager Sido Muncul.
“Forum ini sangat bermanfaat, karena isu emisi gas rumah kaca sedang menjadi perhatian berbagai kementerian. Sido Muncul menargetkan net zero emission pada 2040 dan saat ini telah memulai inventarisasi emisi GRK. Dengan adanya pendampingan, kami berharap bisa memperkuat strategi dekarbonisasi sesuai standar internasional," terang dia.
Dalam kesempatan ini, peserta mendapatkan kesempatan untuk melakukan sesi networking yang memungkinkan peserta untuk berdiskusi lebih lanjut peluang kolaborasi dalam mengembangkan inisiatif ekonomi hijau.
Forum ini diharapkan membuka peluang kolaborasi antar sektor dalam mengembangkan ekosistem industri rendah karbon yang berkelanjutan di tingkat regional, terutama di Jawa Tengah.