REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Di tengah kondisi ekonomi yang menantang, pebisnis wanita Hanifa Ambadar melihat beberapa segmen konsumen masih menjadikan belanja sebagai bentuk terapi dan hiburan. Menurutnya, perilaku belanja masyarakat tidak sepenuhnya berhenti, melainkan menjadi lebih selektif dan terkurasi.
"In this economy, aku masih lihat teman-teman dan orang di sekitar aku masih pada belanja kok. Cuma memang lebih terkurasi aja," ujar Hanifa saat diwawancara seusai peluncuran The Beauty, Fashion, and Fragrance Festival (BFF Festival) 2025 di JCC, Jumat (15/8/2025).
Optimisme tersebut diperkuat dengan respons positif terhadap acara yang sebelumnya dia gagas, Second Scene by The Luxury Report, yang mencatatkan transaksi cukup signifikan. Menurut Hanifa, ini menjadi indikasi bahwa masyarakat tetap bersedia berbelanja, khususnya untuk produk yang menawarkan kualitas, pengalaman, dan orisinalitas.
"Jadi aku kira BFF hadir untuk merangkul segmen itu, apalagi di sini kita enggak cuma beauty, tapi juga ada fashion dan fragrance," kata dia.
Dari lebih dari 200 brand yang berpartisipasi di BFF Festival 2025, Hanifa menyebut sekitar 90 persennya merupakan brand lokal. Menurut dia, ini adalah bentuk dukungan terhadap industri dalam negeri yang tengah berkembang, namun masih menghadapi berbagai tantangan.
Hanifa menilai, saat ini banyak brand lokal yang berjuang menjangkau audiens lebih luas. Mereka juga bersaing ketat dengan produk impor murah serta dominasi fast fashion global yang kerap mengabaikan kualitas dan keberlanjutan.
Tak hanya itu, Hanifa juga menyoroti fenomena brand yang diklaim sebagai lokal, padahal sejatinya dimiliki atau diproduksi di luar negeri. Hal inilah yang membuat proses kurasi menjadi sangat penting bagi penyelenggara festival.
"Makanya kami kurasi banget brand yang berpartisipasi di BFF. Jadi untuk brand lokal kita lihat siapa founder-nya, proses produksinya juga seperti apa dan dimana. Karena ada juga brand yang seolah-olah lokal, tapi ternyata bukan," kata Hanifa.
Produk yang ditawarkan pun beragam, mulai dari harga terjangkau Rp 100 ribuan hingga jutaan rupiah, sehingga dapat dinikmati oleh berbagai kalangan. "Tadi aku lihat ada anak kuliahan dan bahkan yang profesional, jadi memang BFF untuk everyone," kata dia.
Digelar mulai 15-17 Agustus 2025 di JCC, ia berharap BFF Festival bisa menjadi solusi untuk memperkuat ekosistem industri lokal. Dengan menghadirkan pengalaman belanja langsung, terutama untuk produk seperti parfum yang membutuhkan interaksi sensori, BFF juga diharapkan menjadi wadah crossover yang menyatukan kecantikan, fashion, dan gaya hidup dalam satu ekosistem.
"Brand yang berkualitas layak mendapatkan panggung yang lebih baik, yang menampilkan kreativitas dan kualitas mereka, menghubungkan mereka dengan audiens yang mencari lebih dari sekadar diskon," kata dia.