
Tim SAR gabungan berhasil mengevakuasi Juliana De Souza Pereira Marins (26 tahun), pendaki asal Brasil yang terjatuh saat mendaki di sekitar Cemara Nunggal, jalur menuju puncak Gunung Rinjani. Proses evakuasi ini dimulai pada Sabtu (21/6) hingga korban berhasil dibawa turun pada Rabu (25/6).
Samsul Fadli, salah satu petugas SAR Unit Lombok Timur, yang terjun dalam proses evakuasi ini menceritakan kisahnya.

Mulanya, ia dan petugas SAR lainnya mendapat informasi dari Taman Nasional Gunung (TNG) Rinjani bahwa ada pendaki yang terjatuh pada Sabtu (21/6).
Malam itu juga, Samsul langsung berangkat ke Gunung Rinjani untuk melakukan pencarian korban. Samsul berkoordinasi dengan tim dan memutuskan untuk dilakukan pencarian dengan menuruni tebing titik lokasi korban terjatuh.
Tim SAR harus berjibaku melawan medan yang sulit. Kondisi Gunung Rinjani yang dipenuhi pasir dan bebatuan, sehingga rawan terjadi longsoran. Belum lagi kondisi cuaca yang dingin dan kabut tebal.
"Sabtu saya di sana. Malamnya saya langsung turun (melakukan evakuasi)," kata Samsul kepada kumparan, Kamis (26/6).

Namun malam itu, posisi korban sudah tidak terlihat di tempat awal ditemukan. Korban diduga kembali terperosok semakin dalam.
Karena hari semakin malam dan kondisi tidak memungkinkan untuk proses evakuasi, Samsul dan tim memutuskan untuk menginap di lokasi penyelamatan atau di sekitar tebing dan melanjutkan evakuasi esok harinya.

Minggu: Dibantu Drone Pendaki
Keesokan harinya pada Minggu (22/6), terdapat rombongan pendaki yang baru turun dari puncak Gunung Rinjani memberikan bantuan dengan menerbangkan drone. Saat dicek, korban ternyata sudah berpindah lokasi dari titik awal terjatuh.

Senin: SAR Terbangkan Drone
Senin (23/6), tim SAR menerbangkan drone dan kembali menemukan posisi korban. Samsul dan tim SAR lainnya kembali turun tebing menggunakan peralatan tali. Namun, belum bisa bertemu korban sebab medan terjal serta lagi-lagi kabut tebal menjadi halangan.
"Talinya memang sampai sana (titik jatuh korban). Karena informasi di atas dia jatuh sekitar 150 meter atau 200 meter. Kita sudah dikasih porter tali di sana sudah semuanya kita cuma bawa alat tambahan saja. Kan dari pihak TNI juga punya peralatan dia," jelasnya.

Pada Selasa (24/6), sekitar 7 orang petugas kembali menuruni tebing, sore hari petugas berhasil menjangkau korban. Namun karena kondisi semakin gelap dan lingkungan berpasir dan berbatu evakuasi diputuskan dilakukan pagi hari.
"Mengingat medannya kan nanti batu jatuh kita (tidak) lihat kalau malam kan, akhirnya kami putuskan pagi evakuasi," katanya.
Evakuasi dilakukan dengan berjalan kaki dan menuruni tebing. Penggunaan helikopter, kata Samsul, tidak bisa dilakukan karena cuaca dan angin kencang.
"Kenapa lambat ya karena itu jalan kaki. Kalau pakai helikopter kan cepat, tapi kan cuaca tempat landing juga itu (tidak memungkinkan)," katanya.

Rabu (25/6) pagi, proses evakuasi korban pun berlangsung dengan teknik lifting.
Siang hari sekitar pukul 14.00 WIB, korban berhasil ditarik naik hingga ke punggungan last known position (LKP) Gunung Rinjani dan dibawa turun ke Resort Taman Nasional Gunung Rinjani Sembalun.
"(Sampai Sembalun) sekitar jam 9 malam, dilihat sama keluarga korban, ada keluarga nunggu di sana. Dilihat sebentar langsung bergerak ke Rumah Sakit Bayangkan. Pukul 23.30 malam. Karena kan perjalanan dari Sembalun ke Mataram itu lumayan jauh kan," ucapnya.
Sekilas Gunung Rinjani

Rinjani terletak di tiga kabupaten di NTB, yaitu Kabupaten Lombok Timur, Kabupaten Lombok Tengah, dan Kabupaten Lombok Utara.
Gunung berapi aktif dengan ketinggian lebih dari 3.700 mdpl ini populer di kalangan pendaki dan wisatawan karena keindahan alamnya bak lukisan.
Jalur pendakiannya bervariasi dari tanah yang licin, batuan terjal, pasir vulkanik yang dalam (terutama di bagian puncak), hingga punggungan bukit yang sempit dan curam.
Jika kecelakaan terjadi di area sulit seperti tebing, jurang, atau jalur yang sangat terjal, proses mengevakuasi korban akan sangat memakan waktu dan membutuhkan peralatan khusus (tali-temali, tandu khusus).
Cuaca di gunung sangat tidak terduga dan bisa berubah drastis. Kabut tebal dapat mengurangi jarak pandang hingga nol, hujan deras bisa membuat jalur sangat licin dan berbahaya, serta angin kencang atau badai petir dapat menghentikan operasi evakuasi.