Perdana Menteri Israel Benjamin Netanyahu membela keputusannya untuk merebut Gaza sepenuhnya. Dalam konferensi pers, Netanyahu memberikan pemaparan atas visi kemenangan Israel di Gaza.
Dikutip dari AFP, Minggu (10/8), Netanyahu mengatakan militer telah diberikan izin untuk membongkar dua benteng Hamas yang tersisa di Kota Gaza dan Al Mawasi di selatan.
"Sekitar 70 hingga 75 persen wilayah Gaza ada di bawah kendali Israel, di bawah kendali militer. Tapi masih ada dua benteng yang tersisa, OK? Ini adalah Kota Gaza dan kamp-kamp pusat di Al Mawasi," kata Netanyahu dalam konferensi pers.
"Kabinet pertahanan Israel, memberi IDF perintah untuk membongkar dua benteng Hamas yang tersisa di Kota Gaza dan kamp-kamp pusat," katanya lagi.
"Ini adalah cara terbaik untuk mengakhiri perang dan cara terbaik untuk mengakhirinya dengan cepat," tegasnya.
Netanyahu mengatakan, operasi tersebut ditujukan untuk dilakukan dalam waktu singkat. Namun, dia tidak memberikan penjelasan berapa lama operasi itu akan dilakukan.
"Saya tidak ingin bicara tentang jadwal pastinya, tapi kami berbicara dalam jangka waktu yang cukup singkat karena kami ingin menghentikan perang," tuturnya.
Ketika ditanya soal kritik yang muncul dari pemerintah asing dalam beberapa hari terakhir -- khususnya dari Jerman yang mengumumkan rencana untuk menangguhkan pengiriman senjata -- Netanyahu mengatakan Israel siap untuk berperang sendiri jika diperlukan.
"Kami akan memenangkan perang, dengan atau tanpa dukungan dari yang lain," ungkapnya.
Lebih lanjut, Netanyahu mengatakan warga sipil di Gaza akan diberikan kesempatan untuk mengungsi dari area pertempuran sebelum operasi dan menyediakan koridor aman bagi mereka untuk meninggalkan wilayah itu.
"Kami akan melakukannya terlebih dulu dengan mengizinkan warga sipil meninggalkan area pertempuran ke zona aman yang telah ditentukan," tuturnya.
"Di zona-zona aman ini, mereka akan diberikan makanan, minuman, dan perawatan medis," tuturnya lagi.
"Dan sekali lagi, berbeda dengan klaim-klaim palsu, kebijakan kami selama perang adalah mencegah krisis kemanusiaan, sementara kebijakan Hamas adalah menciptakan krisis kemanusiaan," pungkasnya.