Ketika Panggung Selebritas Menenggelamkan Isu Publik

2 hours ago 1
informasi online berita online kabar online liputan online kutipan online slot slot gacor slot maxwin slot online slot game slot gacor online slot maxwin online slot game online slot game gacor online slot game maxwin online demo slot demo slot online demo slot game demo slot gacor demo slot maxwin demo slot game online demo slot gacor online demo slot maxwin online demo slot game gacor online demo slot game maxwin online rtp slot rtp slot online rtp slot game rtp slot gacor rtp slot maxwin rtp slot game online rtp slot gacor online rtp slot maxwin online rtp slot game gacor online rtp slot game maxwin online informasi viral online berita viral online kabar viral online liputan viral online kutipan viral online informasi akurat online berita akurat online kabar akurat online liputan akurat online kutipan akurat online informasi penting online berita penting online kabar penting online liputan penting online kutipan penting online informasi online terbaru berita online terbaru kabar online terbaru liputan online terbaru kutipan online terbaru informasi online terkini berita online terkini kabar online terkini liputan online terkini kutipan online terkini informasi online terpercaya berita online terpercaya kabar online terpercaya liputan online terpercaya kutipan online terpercaya informasi online berita online kabar online liputan online kutipan online informasi akurat berita akurat kabar akurat liputan akurat kutipan akurat informasi penting berita penting kabar penting liputan penting kutipan penting informasi viral berita viral kabar viral liputan viral kutipan viral informasi terbaru berita terbaru kabar terbaru liputan terbaru kutipan terbaru informasi terkini berita terkini kabar terkini liputan terkini kutipan terkini informasi terpercaya berita terpercaya kabar terpercaya liputan terpercaya kutipan terpercaya informasi hari ini berita hari ini kabar hari ini liputan hari ini kutipan hari ini slot slot gacor slot maxwin slot online slot game slot gacor online slot maxwin online slot game online slot game gacor online slot game maxwin online demo slot demo slot online demo slot game demo slot gacor demo slot maxwin demo slot game online demo slot gacor online demo slot maxwin online demo slot game gacor online demo slot game maxwin online rtp slot rtp slot online rtp slot game rtp slot gacor rtp slot maxwin rtp slot game online rtp slot gacor online rtp slot maxwin online rtp slot game gacor online rtp slot game maxwin online
Sumber foto: https://media.istockphoto.com/id/165811141/vector/red-carpet-with-bright-flashy-background.jpg?s=612x612&w=0&k=20&c=4nscw7Wj_u7yE8Th8_0NC-G7jtQh_sR59L8C1rWql_0=

Baru-baru ini netizen disibukkan dengan berbagai kabar dari panggung selebritas di media. Mulai dari pengakuan kisah cinta segitiga, drama perseteruan hingga pesta pernikahan megah dan tamu-tamunya yang mengundang perbincangan. Semua terasa perlu dimuat, mendesak hingga viral. Di waktu yang bersamaan, isu publik seperti gelombang PHK, menurunnya lapangan kerja, kemiskinan, krisis lingkungan hingga masalah sistem lainnya di sektor pemerintahan, seakan hilang dan tenggelam.

Fenomena ini bukanlah hal baru. Banjirnya informasi dan algoritma media yang mengatur beranda, membuat netizen menyaksikan banyak tontonan, baik yang dibutuhkan atau tidak. Sorotan di dunia selebritas bukan lagi menjadi hiburan, tapi sudah menjadi alat distraksi informasi. Bayangkan, berita tentang korupsi bisa tertutup oleh satu klarifikasi selebritas. Tidak dapat dipungkiri, akun media massa ataupun media sosial ikut memperkuat siklus ini, meski menyadari bahwa informasi atau berita yang disajikan tidak berdampak signifikan terhadap kesadaran publik.

Publik (netizen yang mengonsumsi informasi) tidak bisa disalahkan sepenuhnya atas pemilihan mereka dalam mengonsumsi hiburan. Di sini justru yang perlu dipertanyakan adalah:

Pada teori komunikasi massa, ada yang disebut dengan Agenda Setting Theory. Awalnya digagas oleh Walter Lippmann dalam bukunya Public Opinion (1922), teori ini kemudian dibuktikan secara empiris oleh Maxwell McCombs dan Donald Shaw pada tahun 1972. Sederhananya, teori ini menyatakan bahwa media massa tidak serta-merta menyuruh kita harus berpikir apa, tetapi mereka sangat berkuasa dalam menentukan apa yang kita pikirkan. Dengan meliput satu topik secara masif, media efektif 'mengatur agenda' dan membuatnya jadi pusat perhatian publik.

Di era digital, kekuatan Agenda Setting ini menjadi berlipat ganda. Bukan lagi hanya redaksi media, tetapi juga algoritma di platform seperti TikTok, Instagram, dan X yang menjadi "penjaga gerbang" informasi. Algoritma didesain untuk menyajikan apa yang paling mungkin menahan perhatian kita, dan drama selebritas adalah konten yang dianggap cukup sempurna untuk itu. Saat isu seperti kenaikan pajak atau pengesahan kebijakan pemerintah yang kontroversial dirasa terlalu berat, algoritma dengan sigap menyodorkan "pelarian" yang lebih mudah dicerna. Sayangnya, strategi ini juga dianggap sering digunakan sebagai bentuk distraksi, baik secara sadar oleh pihak yang berkepentingan, maupun secara tidak sadar oleh media itu sendiri.

Sebagai bukti konkret, kita bisa melihat data digital yang kasat mata. Saat kita membuka Google Trends, coba lihat volume pencarian nama selebritas yang sedang terlibat skandal ataupun ramai dibicarakan, misalnya “pernikahan selebritas” atau “pesta ulang tahun anak dari selebritas” sedang ramai dibicarakan, kemudian bandingkan dengan istilah seperti "lapangan kerja" atau "efisiensi pendidikan" atau “PHK massal” pada periode yang sama, maka hasilnya cukup timpang.

Bukti lainnya, mari kita lakukan studi kasus sederhana pada minggu pertama Agustus 2025. Data tren penelusuran Google dari hari yang sama, Kamis, 7 Agustus 2025. Isu perceraian selebritas Acha Septriasa mendominasi perhatian dengan lonjakan pencarian lebih dari 1.000% hingga menembus 20.000+ penelusuran.

Pada saat yang sama, sebuah berita korupsi besar—Operasi Tangkap Tangan (OTT) KPK terhadap Bupati Kolaka Timur—juga menjadi berita nasional. Namun, lonjakan pencariannya hanyasekitar 400% dengan 10.000+ penelusuran.

Data ini bukan sekadar angka, ini adalah cermin dari prioritas publik kita. Perhatian yang seharusnya menjadi energi untuk mengawal uang negara dan proses hukum justru terkuras habis untuk mengomentari drama personal yang tidak berdampak pada kehidupan publik.

Lalu, apa yang bisa kita lakukan?

Kita menyadari bahwa tidak bisa hanya pasrah pada sistem yang ada dan membiarkan ini semua terus bergulir. Diperlukan sebuah gerakan literasi digital yang mendalam dan penyebarannya meluas. Mulai dari diri kita, orang terdekat, hingga publik luas.

Pertama, untuk publik. Ini adalah panggilan untuk menjadi konsumen informasi yang sadar (mindful consumption). Kita perlu secara aktif mencari sumber berita yang kredibel, mengikuti akun-akun yang fokus pada isu publik, dan sesekali "membersihkan" linimasa dari konten yang hanya menguras energi emosional tanpa memberi nilai.