Harga produsen (PPI) China kembali turun lebih dalam dari perkiraan pada Juli, sementara harga konsumen (CPI) stagnan. Data ini menunjukkan lemahnya permintaan domestik dan masih tingginya ketidakpastian perdagangan yang memengaruhi sentimen bisnis dan konsumen.
Mengutip Reuters, Minggu (10/8) harga di tingkat pabrik sudah merosot lebih dari dua tahun. Data terbaru yang dirilis Biro Statistik Nasional (NBS) pada Sabtu (9/8) memperlihatkan upaya awal untuk meredam persaingan harga belum memberikan hasil berarti.
Pemerintah China berusaha mengatasi kelebihan kapasitas di sektor-sektor utama. Namun, restrukturisasi industri terbaru dinilai lebih ringan dibanding reformasi sisi penawaran satu dekade lalu, yang dulu berhasil memutus spiral deflasi.
Pada Juli, PPI turun 3,6 persen dibanding tahun lalu, lebih dalam dari perkiraan ekonom sebesar 3,3 persen dan sama dengan level terendah hampir dua tahun yang tercatat Juni lalu. Secara bulanan, PPI hanya turun 0,2%, membaik dari penurunan 0,4 persen pada Juni.
“Cuaca ekstrem dan ketidakpastian perdagangan global berkontribusi terhadap penurunan harga di beberapa industri,” ujar Dong Lijuan, Kepala Statistik NBS.
Meski begitu, ada tanda-tanda tekanan deflasi mulai mereda. Xing Zhaopeng, Senior Strategis China di ANZ, menilai perbaikan pada PPI bulanan dan kenaikan inflasi inti tahunan menjadi sinyal positif. Ia memperkirakan kebijakan “anti-involusi” yang membatasi persaingan tidak sehat di sektor seperti otomotif bisa mulai mengangkat PPI tahunan pada Agustus.
Namun, sejumlah analis tetap pesimistis. Tanpa stimulus permintaan atau reformasi yang meningkatkan kesejahteraan masyarakat, dampak kebijakan ini dinilai terbatas. Lesunya pasar properti dan hubungan dagang yang rapuh dengan AS juga masih membebani konsumsi dan produksi pabrik.
Untuk CPI, harga konsumen di China stagnan pada Juli dibanding setahun sebelumnya, setelah naik 0,1 persen di Juni dan melampaui perkiraan Reuters sebesar 0,1 persen. Inflasi inti, tidak termasuk harga pangan dan energi naik 0,8 persen, tertinggi dalam 17 bulan. Sementara harga pangan turun 1,6 persen setelah merosot 0,3 persen pada Juni.
Kondisi cuaca ekstrem ikut menekan ekonomi. Panas terik melanda pesisir timur bulan lalu, sementara hujan lebat di luar musim mengguyur wilayah lain karena musim hujan Asia Timur terhenti di utara dan selatan China.
Secara bulanan, CPI naik tipis 0,4 persen, lebih baik dari penurunan 0,1% di Juni dan melebihi perkiraan kenaikan 0,3 persen.
“Meskipun demikian, masih belum jelas apakah ini merupakan akhir dari deflasi di Tiongkok,” kata Zhiwei Zhang, Kepala Ekonom Pinpoint Asset Management.
“Sektor properti belum stabil. Perekonomian masih lebih ditopang oleh permintaan eksternal daripada konsumsi domestik. Pasar tenaga kerja masih lemah,” ujarnya.