Israel akan membuka kembali sebagian perdagangan sektor swasta dengan Gaza untuk mengurangi ketergantungan pada bantuan kemanusiaan. Hal ini diungkapkan badan Kementerian Pertahanan yang mengawasi urusan sipil di wilayah Palestina, COGAT.
"Sebagai bagian dari perumusan mekanisme tersebut, sejumlah pedagang lokal telah disetujui oleh lembaga pertahanan dengan tunduk pada sejumlah kriteria dan pemeriksaan keamanan yang ketat," kata COGAT dalam keterangannya, dikutip dari AFP, Selasa (5/8).
Tak hanya itu, langkah ini juga bertujuan untuk mengurangi ketergantungan bantuan oleh PBB dan organisasi internasional.
"Ini bertujuan untuk meningkatkan jumlah bantuan masuk Jalur Gaza, sambil mengurangi ketergantungan pengumpulan bantuan oleh PBB dan organisasi internasional," kata COGAT lagi, dikutip dari Reuters.
Pada Minggu (3/8), Hamas mengatakan sedang bersiap berkoordinasi dengan Palang Merah untuk mengirim bantuan kepada sandera yang ditahan di Gaza, asalkan Israel memenuhi persyaratan tertentu. Pernyataan itu dikeluarkan usai video yang menunjukkan dua sandera Israel dalam keadaan lemah dirilis, yang memicu kritik dari negara-negara Barat.
Pejabat Palestina dan PBB mengatakan Gaza memerlukan sekitar 600 truk bantuan per hari untuk memenuhi persyaratan bantuan kemanusiaan -- jumlah yang diizinkan Israel masuk ke Gaza sebelum perang.
Perang di Gaza dimulai ketika Hamas menyerang Israel selatan dan menewaskan 1.200 orang dan mengambil 251 sandera pada 7 Oktober 2023.
Serangan itu dibalas oleh Israel yang hingga saat ini masih terus melancarkan operasi militer di Gaza. Pejabat Kementerian Kesehatan Gaza mengatakan, lebih dari 60 ribu warga Palestina tewas sejak serangan Israel.
Sementara menurut pejabat Israel, ada 50 sandera yang masih ditahan di Gaza dan 20 di antaranya diyakini masih hidup. Hamas sejauh ini melarang organisasi kemanusiaan mendapat akses apa pun ke para sandera, dan keluarga hanya memiliki sedikit atau tidak memiliki informasi terkait informasi mereka.