
Harga minyak mentah mengalami penurunan pada penutupan perdagangan Kamis (12/6) karena kekhawatiran memburuknya ketegangan di Timur Tengah.
Sementara itu, batu bara dan CPO terpantau mengalami kenaikan. Berikut rangkumannya dari berbagai sumber.
Minyak Mentah
Harga minyak menetap sedikit lebih rendah pada hari Kamis karena para pedagang membukukan keuntungan dari reli 4 persen di sesi sebelumnya, didorong oleh kekhawatiran memburuknya ketegangan di Timur Tengah dapat menyebabkan gangguan pasokan.
Mengutip Reuters pada Jumat (13/6), minyak mentah Brent turun 41 sen, atau 0,6 persen pada USD 69,36 per barel. Minyak mentah West Texas Intermediate (WTI) turun 11 sen, atau 0,2 persen, menjadi USD 67,97 per barel.
Presiden AS Donald Trump pada hari Kamis (12/6) mengatakan serangan Israel terhadap Iran "sangat mungkin terjadi," tetapi dia tak akan menyebutnya segera dan lebih memilih untuk menghindari konflik.
Batu Bara
Sedangkan harga batu bara mengalami kenaikan tipis pada penutupan perdagangan Kamis. Berdasarkan situs barchart ICE Newcastle kontrak Juni 2025, harga batu bara naik 0,14 persen berada di posisi USD 104.60 per ton.
CPO
Harga minyak kelapa sawit (crude palm oil/CPO) terpantau naik pada penutupan perdagangan Kamis. Harga CPO berdasarkan tradingeconomics naik 1,3 persen menjadi MYR 3.889 per ton.
Harga minyak sawit Malaysia naik sekitar 1% untuk diperdagangkan di atas MYR 3.850 per ton, mematahkan penurunan dua sesi, didukung oleh minyak kedelai yang lebih kuat.
Sentimen terangkat setelah seorang ahli industri di forum global mengatakan permintaan dari pembeli utama seperti India dan China diperkirakan akan meningkat dalam beberapa bulan mendatang, dengan koreksi harga baru-baru ini menawarkan titik masuk yang menarik.
Nikel
Harga nikel terpantau mengalami penurunan pada penutupan perdagangan Kamis. Harga nikel berdasarkan tradingeconomics menurun 0,49 persen menjadi USD 15.105 per ton.
Nikel berjangka berkisar di sekitar USD 15.000 per ton, bertahan dalam kisaran multi-minggu dan tidak jauh dari terendah lebih dari empat tahun sebesar USD 14.150 yang disentuh pada bulan April, ditekan oleh kekhawatiran kelebihan pasokan yang terus-menerus.
Tekanan pasokan telah didorong oleh lonjakan produksi di Indonesia, yang sekarang menyumbang sekitar 63 persen dari output global. Analis memperkirakan surplus bakal bertahan hingga 2027-2028 karena beberapa proyek Indonesia hampir selesai.
Timah
Sementara itu, harga timah juga mengalami penurunan pada penutupan perdagangan Kamis. Harga timah berdasarkan situs London Metal Exchange (LME) turun 0,19 persen dan menjadi USD 32.650 per ton.