Harga minyak mentah naik pada awal perdagangan Selasa (12/8), karena Amerika Serikat (AS) dan China memperpanjang jeda tarif yang lebih tinggi, meredakan kekhawatiran eskalasi perang dagang akan mengganggu ekonomi dan menghambat permintaan bahan bakar di dua konsumen minyak terbesar dunia.
Dikutip dari Reuters, harga minyak mentah Brent naik 26 sen atau 0,39 persen menjadi USD 66,89 per barel pada pukul 00.15 GMT, sementara harga minyak mentah West Texas Intermediate AS naik 22 sen atau 0,34 persen menjadi USD 64,18.
Presiden AS Donald Trump kembali memperpanjang gencatan senjata tarif dengan China selama 90 hari, kata seorang pejabat Gedung Putih pada hari Senin, menunda pengenaan bea masuk tiga digit pada barang-barang China saat para pengecer AS bersiap menghadapi musim liburan akhir tahun yang kritis.
Hal ini meningkatkan harapan bahwa kesepakatan dapat dicapai antara dua ekonomi terbesar dunia tersebut, dan dapat membantu menghindari embargo perdagangan virtual di antara keduanya.
Tarif berisiko memperlambat pertumbuhan ekonomi, yang dapat melemahkan permintaan bahan bakar global dan menurunkan harga minyak.
Investor juga menantikan pertemuan antara Trump dan Presiden Rusia Vladimir Putin pada tanggal 15 Agustus di Alaska AS untuk merundingkan diakhirinya perang di Ukraina.
Pertemuan tersebut diadakan di tengah meningkatnya tekanan AS terhadap Rusia, dengan ancaman hukuman yang lebih berat terhadap pembeli minyak Rusia seperti China dan India jika tidak ada kesepakatan damai yang dicapai. Hal ini dapat mengganggu arus perdagangan minyak.
"Setiap kesepakatan damai antara Rusia dan Ukraina akan mengakhiri risiko gangguan minyak Rusia yang telah menghantui pasar," tulis ahli strategi komoditas senior ANZ, Daniel Hynes, dalam sebuah catatan.
Trump menetapkan batas waktu Jumat lalu bagi Rusia untuk menyetujui perdamaian di Ukraina atau pembeli minyaknya menghadapi sanksi sekunder, sambil menekan India untuk mengurangi pembelian minyak Rusia.
Washington juga telah mendesak Beijing agar berhenti membeli minyak Rusia, sementara Trump mengancam akan mengenakan tarif sekunder pada China. Risiko diberlakukannya sanksi tersebut telah surut menjelang pertemuan Trump-Putin pada tanggal 15 Agustus.
Data inflasi AS yang juga menjadi sorotan hari ini dapat menjadi petunjuk arah suku bunga Federal Reserve. Setiap indikasi bahwa bank sentral akan segera memangkas suku bunga akan mendukung harga minyak mentah.