Kepala Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB), Suharyanto, memastikan penanganan kebakaran hutan dan lahan (Karhutla) masih terus berlangsung. Saat ini, ada 3 ribu hektare lahan yang masih terbakar.
Lahan-lahan itu tersebar di 6 provinsi. Lokasi-lokasi ini menjadi daerah prioritas penanganan tim gabungan.
“Per hari ini, untuk 6 provinsi prioritas yang terbakar itu sangat kecil ya. 3 ribuan hektare yang terbakar. Nah ini kenapa? Karena perpaduan tadi yang disampaikan Pak Menteri, operasi udara dan operasi darat di setiap kabupaten kota yang terbakar,” ujar Suharyanto di Gedung MHEWS BMKG, Kemayoran, Jakarta Pusat, Selasa (12/8).
“Di Jambi, Riau, Sumatera Selatan, Kalimantan Tengah, Kalimantan Barat, Kalimantan Selatan itu, satgas (satuan petugas) darat yang terbentuk paling tidak satu kabupaten kota ada 500 orang,” lanjutnya.
Ia menjelaskan satgas darat merupakan gabungan dari BNPB, TNI, Polri, Manggala Agni, masyarakat peduli api, dan relawan. Mereka dibekali perlengkapan lengkap untuk memadamkan api di lahan.
“Perlengkapannya cukup lengkap, mereka dilengkapi dengan perlengkapan dasar APD (alat pelindung diri), membawa pompa kecil, membawa selang, dan bahkan di titik-titik yang tidak ada air,” jelas Suharyanto.
“Itu ada namanya flexible tank, kolam kecil yang bisa diisi dari udara oleh air dengan kapasitas 5 ton. Itu bisa memadamkan api-api yang membakar dalam lingkup kecil. Nah, kalau sudah besar itu prediksi BMKG melaksanakan operasi modifikasi cuaca,” tandasnya.
Setiap tahunnya, Karhutla mengalami tren penurunan. Menteri Kehutanan Raja Juli Antoni mengatakan, banyak pembelajaran yang diambil dari berbagai kejadian Karhutla di tahun-tahun sebelumnya. Inilah yang membuat penanganan lebih baik dan area kebakaran hutan semakin kecil.
“Jadi ada pattern 4-5 tahunan, jadi yang parah itu selalu 4 tahun. Tahun 2015 terbakar sekitar 1,8 juta hektare. Kemudian 4 tahun berikutnya, 2019 turun menjadi sekitar 1 juta hektare, kemudian 2023 itu bisa sekitar 600 ribu hektare,” kata Raja Juli.