GERAKAN Pemuda Ansor menerjunkan anggota Barisan Ansor Serbaguna (Banser) ke lapangan. Ketua Umum Pimpinan Pusat GP Ansor Addin Jauharudin mengatakan Banser ditugaskan membantu TNI-Polri menjaga keamanan saat dan setelah digelarnya demonstrasi di berbagai wilayah di Indonesia.
"Bantuan ini sifatnya sukarela," kata Addin kepada Tempo saat dihubungi, Selasa, 2 September 2025.
Scroll ke bawah untuk melanjutkan membaca
Dia menjelaskan, instruksi itu diputuskan melihat adanya tindakan vandalistis dalam sepekan demonstrasi berlangsung. GP Ansor, kata Addin, memiliki kewajiban untuk menjaga ketentraman dan ketertiban situasi, terutama yang berdampak langsung pada masyarakat.
"Jumlah TNI-Polri terbatas, di sisi lain kerusuhan terus terjadi. Apa kami harus diam? Kami harus membantu menjaga keamanan masyarakat," ujar dia.
Menurut dia, perusakan pelbagai fasilitas umum, penyerangan kantor DPRD dan kepolisian, hingga aksi penjarahan bukan bentuk nyata demonstrasi. Sebab, aksi tersebut justru malah menyebabkan masyarakat dilanda rasa ketakutan.
Di sisi lain, kata Addin, situasi ekonomi yang sulit akan bertambah bebannya apabila anggaran yang ada harus dialokasikan untuk merenovasi fasilitas umum dan kantor-kantor yang dirusak.
"Situasi sulit jangan ditambah sulit. Itu yang jadi landasan kami untuk mengambil peran menjaga daerah dan keamanan bersama TNI-Polri," ujar dia.
Penerjunan anggota Banser akan efektif dilakukan mulai Rabu besok, 3 September 2025, di seluruh wilayah Indonesia. "Tetapi, mulai hari ini juga sudah ada yang diterjunkan," ucap Addin.
Salah satu contoh perlibatan anggota Banser dalam bantuan pengamanan demonstrasi hari ini dilakukan di Jombang, Jawa Timur. Para anggota Banser ditugaskan untuk bersiaga di titik-titik rawan kericuhan seperti kantor bupati hingga kantor DPRD Kabupaten Jombang.
Demonstrasi menuntut pembatalan tunjangan fantastis anggota Dewan telah digelar sejak Senin, 25 Agustus 2025. Eskalasi gerakan kian meluas saat seorang pengemudi ojek online bernama Affan Kurniawan tewas dilindas kendaraan taktis miliki Korps Brigade Mobil Polri pada Kamis, 28 Agustus lalu.
Tewasnya Affan memicu peningkatan demonstrasi yang menuntut penanganan kasus transparan dan mundurnya Kepala Polri Jenderal Listyo Sigit Prabowo. Momentum itu dimanfaatkan kelompok tak dikenal untuk menyulut aksi vandalistis.
Vandalistis yang dimaksudkan, adalah tindakan pembakaran fasilitas umum hingga penjarahan rumah anggota Dewan yang dianggap tak memiliki simpati publik.