Mengutip Reuters, Minggu (19/8), keputusan yang terbit di situs Bea Cukai dan Perlindungan Perbatasan AS (CBP) menyebut Washington memberlakukan tarif impor khusus terhadap emas batangan.
Mengacu pada putusan yang diunggah di laman CBP, kode HS 7108.13.5500 untuk emas batangan ukuran 1 kilogram dan 100 troy ounce, ukuran paling populer di pasar berjangka AS, tidak termasuk dalam daftar produk yang dibebaskan dari tarif impor negara tertentu. Akibatnya, pengiriman emas batangan, termasuk dari Swiss, kini otomatis terkena tarif 39 persen.
Asosiasi Produsen dan Pedagang Logam Mulia Swiss (ASFCMP) menyebut langkah ini menjadi pukulan berat bagi industri emas, mengingat AS merupakan pasar penting. “Dengan tarif 39 persen, ekspor emas batangan ke AS pasti akan berhenti,” kata Presiden ASFCMP Christoph Wild.
Sejumlah produsen emas di Swiss dilaporkan telah menghentikan pengiriman ke AS menyusul keputusan CBP. Meski demikian, Gedung Putih dikabarkan tengah menyiapkan perintah eksekutif untuk mengklarifikasi kebijakan ini, di tengah spekulasi bahwa penetapan tarif tersebut bisa jadi merupakan kesalahan administrasi.
Swiss menjadi pusat penyulingan dan transit emas, sementara Inggris adalah rumah bagi pusat perdagangan emas bebas terbesar di dunia. Afrika Selatan dan Kanada termasuk di antara negara penambang emas utama.
"Kemungkinan besar, mengenakan tarif 39 persen pada kilobar Swiss sama saja dengan menuangkan pasir ke dalam mesin yang berfungsi dengan baik. Saya katakan kemungkinan, kemungkinan tetap ada bahwa ini adalah sebuah kesalahan," kata analis independen Ross Norman.
Seorang manajer senior di sebuah kilang emas besar di Swiss mengatakan bahwa pihaknya menghentikan pengiriman ke AS setelah melihat putusan CBP. Sementara itu, seorang spesialis logistik emas menyebut sejumlah pelaku industri di luar Swiss juga melakukan hal yang sama.
Perintah eksekutif Gedung Putih yang akan datang diharapkan dapat memperjelas segalanya. Untuk saat ini, pasar emas berjangka AS relatif terlindungi berkat tingginya stok emas di gudang Comex, yang membengkak sejak arus masuk besar-besaran pada Desember–Maret akibat kekhawatiran tarif impor yang lebih luas.
"Persediaan COMEX saat ini mencapai 86 persen dari open interest dibandingkan dengan 40–45 persen yang lebih normal jadi tidak ada masalah likuiditas saat ini," ujar analis StoneX, Rhona O’Connell.