Armenia dan Azerbaijan sepakat berdamai usai beberapa dekade konflik, Jumat (8/8). Kesepakatan itu dimediasi oleh Presiden Amerika Serikat (AS) Donald Trump.
Kesepakatan perdamaian tercapai di Washington DC. Perdana Menteri Armenia Nikol Pashinyan dan Presiden Azerbaijan Ilham Aliyev hadir pada kesepakatan tersebut.
“Mereka berkomitmen untuk menghentikan semua pertempuran selamanya, membuka perdagangan, hubungan diplomatik, perjalanan, dan saling menghormati kedaulatan dan integritas wilayah,” kata Trump seperti dikutip dari AFP.
Tidak diungkap detail dari kesepakatan damai Armenia dan Azerbaijan. Kedua pemimpin malah mengajukan Trump diberi hadiah Nobel Perdamaian.
Trump kemudian mengatakan bahwa kedua pemimpin memiliki hubungan luar biasa.
“Tetapi jika terjadi konflik mereka akan menelepon saya dan kami akan menyelesaikannya," kata Trump.
Armenia dan Azerbaijan adalah negara bertetangga yang terlibat konflik perbatasan di wilayah Nagorno-Karabakh.
Tercatat dua kali Armenia dan Azerbaijan perang di Nagorno-Karabakh. Pada 2023, Azerbaijan merebut wilayah itu dari Armenia.
Imbas dari terebutnya Nagorno-Karabakh ke tangan Azerbaijan sebanyak lebih dari 100 ribu etnis Armenia di sana eksodus massal.
Adapun Presiden Azerbaijan menyebut kesepakatan ini sebagai hari bersejarah. Ia berkomitmen memelihara perdamaian dengan Armenia.
“Hari ini kami membangun perdamaian di Kaukasus,” ucap Aliyev.
Sementara Pashinyan mengatakan perjanjian damai sebagai suatu terobosan. Menurutnya, tanpa Trump, maka perjanjian tak bisa terwujud.
"Penandatanganan perjanjian damai akan membuka jalan untuk mengakhiri konflik selama puluhan tahun antara negara kita dan membuka era baru,” papar Pashinyan.