Amran menilai penyaluran beras SPHP ini berdampak baik di tengah kenaikan harga beras. Apalagi, beras SPHP itu dijual dengan Harga Eceran Tertinggi (HET) Rp 12.500 per kg.
"Ini berdampak baik, di 13 provinsi sudah turun harga. Operasi pasar ini akan kita lanjutkan sampai Desember karena stok kita banyak, 1,3 juta ton," ujar Amran di Pasar Bulu Semarang, Sabtu (23/8).
Amran menilai kondisi saat ini lebih baik bila dibandingkan tahun-tahun sebelumnya. Sebab, kata Amran, Indonesia tidak lagi mengimpor beras seperti pada 2022 dan 2023. Ia juga yakin harga beras di pasaran juga menjadi murah.
Berdasarkan data Panel Harga Bapanas pada Sabtu (23/8) pukul 13.29 WIB, harga beras Stabilitas Pasokan dan Harga Pangan (SPHP) di tingkat konsumen secara nasional ada di Rp 12.583 per kg atau lebih tinggi 0,66 persen dari HET sebesar Rp 12.500 per kg.
"Kami pastikan harga terus turun, apalagi September ada panen kedua. Jadi operasi pasar akan semakin menekan harga beras," tegas Amran.
"Kita bersyukur, stok kita tertinggi, harga lebih rendah dibanding tahun lalu, dan yang paling penting tahun ini tidak ada impor beras. Padahal banyak negara lain kesulitan," tambahnya.
Amran mengungkapkan serapan gabah Bulog juga menunjukkan tren positif. Bahkan, jika pekan lalu Bulog hanya menyerap sekitar 3.000 ton per hari, kini sudah meningkat menjadi lebih dari 6.000 ton per hari.
"Di tingkat petani kita jaga minimal (gabah dibeli seharga) Rp 6.500 (per kg) agar petani tidak rugi. Jadi dua-duanya harus dijaga, konsumen senang, petani sejahtera," jelas Amran.