
Badan Pengelola Investasi (BPI) Daya Anagata Nusantara (Danantara) bakal mengucurkan investasi ke PT Pertamina Geothermal Energy Tbk (PGEO) sekitar USD 120 juta atau setara Rp 1,946 triliun (kurs Rp 16.223 per dolar AS).
Chief Investment Officer (CIO) Danantara, Pandu Sjahrir, mengungkapkan nilai investasi tersebut telah diumumkan pada pekan lalu meskipun belum disebutkan secara terbuka.
"Itu kan kemarin dinas, kalau saya nggak salah, mendekati USD 120 juta dolar kalau saya nggak salah, waktu itu. Itu kan minggu lalu kan kita udah announce ya," kata Pandu, usai acara BSI International Expo 2025 di JCC, Jakarta, Kamis (26/6).
Saat ditanya soal kepastian angka investasinya, Pandu menjawab, "Seharusnya segitulah kurang lebih."
Investasi ini menjadi salah satu bentuk dukungan Danantara terhadap pengembangan energi baru dan terbarukan (EBT) di Indonesia, khususnya panas bumi yang dikelola PGEO.
Direktur Utama PGEO, Julfi Hadi, sebelumnya mengungkapkan pihaknya berharap Danantara dapat masuk ke pembiayaan proyek-proyek geothermal yang mereka jalankan. Ia menegaskan bahwa PGEO memiliki sejumlah proyek dengan fundamental bisnis yang kuat.
"Jadi bisnis fundamental proyek-proyek kita bagus. Kalau kita bicara nanti mau ke depannya, mau masuk seandainya nanti dipakai di Danantara. Kita sudah mempersiapkan proyek-proyek yang bagus," ujar Julfi dalam media briefing PGEO di Jakarta, Rabu (26/6).
Julfi merinci, PGEO memiliki beberapa proyek andalan, di antaranya program quick win dengan kapasitas 395 megawatt (MW), proyek extension sebesar 505 MW, serta proyek green field sebesar 230 MW.
Dia menambahkan, proyek-proyek geothermal kini semakin menarik secara komersial seiring dengan perbaikan struktur tarif yang sebelumnya menjadi tantangan.
"Mulai dari technical-nya, dari low risk ke high risk, dari high risk ke low risk, dan lebih penting lagi yang selama ini commerciality dari proyek-proyek geothermal itu susah, naik tarif, sekarang sudah tidak," tambahnya.