Anggota SAR Unit Lombok Timur, Samsul Fadli, menceritakan momen flying camp saat evakuasi jenazah Juliana De Souza Pereira Marins (27 tahun), pendaki asal Brasil di Gunung Rinjani.
Samsul bersama petugas SAR lainnya berhasil menemukan korban pada Selasa (24/6) sore di tebing kedalaman sekitar 400 meter. Dengan kondisi tebing yang terjal serta cuaca yang tidak mendukung, mereka sepakat mengevakuasi jenazah keesokan harinya.
Mereka lalu memutuskan bermalam menunggui korban pada hari itu dengan mencari area flying camp untuk mengamankan diri.
Ia mengungkapkan sempat muncul perasaan takut ketika bermalam dengan posisi flying camp. Sebab, banyak bebatuan lepas di tebing tersebut.
"Kalau posisinya kayak begitu ya tumben itu, karena banyak longsoran batu, posisinya kita agak miring terus batuan-batuan lepas gitu," ungkapnya.
"Untungnya ada pengaman karena melorot kita. Bangun-bangun melorot, pindah lagi begitu posisi kita. Iya (ngeri) itu tempat ngecampnya," lanjutnya.
Selain itu, ia juga merasa sedih saat pertama kalinya melihat kondisi jenazah.
"Kalau takut enggak karena sudah biasa kita bersama mayat dengan jenazah. Kita sedih saja karena kondisinya (korban) begitu. Tadinya kalau dia tidak bergerak masih bisa kita selamatkan lah," ujarnya.
Kemudian, keesokan harinya, Samsul dan petugas lain mulai mengevakuasi dengan memasukkan korban ke kantong jenazah kemudian dibawa dengan tandu dan dikaitkan ke tali yang telah dirangkai.
"Kita tarik bertiga dulu, kan kita berempat, satu mendampingi korban kalau ada tempatnya nyangkut, yang tiga narik. Setelah mentok di dinding baru naik kita rescuer tiga orang naik yang satu mendampingi korban. Baru kita tarik ber enam dari atas," katanya.