
Gubernur Jakarta, Pramono Anung, menceritakan bahwa dirinya memiliki hubungan khusus dengan keluarga Presiden ke-4 RI, Abdurrahman Wahid atau Gus Dur.
Hal itu disampaikan Pramono saat menghadiri acara Hari Lahir ke-79 Muslimat Nahdlatul Ulama (NU), di Masjid Istiqlal, Jakarta Pusat, Sabtu (26/7).
"Pasti di ruangan ini tidak ada yang tahu bahwa saya secara pribadi mempunyai hubungan khusus dengan Gus Dur dan keluarga," kata Pramono dalam sambutannya, Sabtu (26/7).
Pramono mengungkapkan bahwa hanya tiga orang yang pernah ia cium tangannya sebagai bentuk penghormatan. Salah satunya yakni istri Gus Dur, Sinta Nuriyah. Hal itu pun disampaikan Pramono di hadapan anak Gus Dur, Yenny Wahid.
"Di dunia ini, bukan di Jakarta lho, bukan di Indonesia, di dunia ini yang saya cium tangan, mohon maaf Mbak Yenny, tapi Gus Dur pun termasuk yang tidak saya cium tangan. Yang saya cium tangan pertama kali adalah Ibu Sinta Nuriyah Wahid," tutur Pramono.
"Yang kedua adalah Ibu Megawati [Soekarnoputri], apa pun ketua umum saya [di PDIP]. Yang ketiga adalah ibu saya," imbuh dia.
Pramono juga menceritakan bahwa dua minggu lalu, Sinta Nuriyah menemuinya di Balai Kota Jakarta dan menyampaikan keinginan mendirikan Museum Gus Dur di Ciganjur, Jakarta Selatan. Rencana itu langsung disetujui Pramono.
"Saya enggak mikir panjang, saya langsung perintahkan di dalam internal Balai Kota Gubernuran Jakarta untuk memberikan support dan dukungan sepenuhnya agar museum Gus Dur bisa segera didirikan di Ciganjur, dekat kediamannya Gus Dur," ucap dia.
Dalam sambutannya itu, Pramono juga mengenang saat masa kontestasi Pilkada Jakarta 2024. Saat itu, eks Sekretaris Kabinet dua periode itu menceritakan sempat dianggap remeh karena elektabilitasnya yang rendah.
Melihat angka dan peluang kemenangannya di Pilkada Jakarta 2024 itu, Pram kemudian menemui Yenny Wahid. Saat itu, kata Pram, Yenny menyarankan untuk berziarah ke makam Gus Dur di Tebuireng, Jombang, Jawa Timur.
"Saya termasuk yang diberikan berkat oleh Gus Dur. Yang dulunya maju sebagai Gubernur Jakarta surveinya 0%, saya datang ke tempat Mbak Yenny. Mbak Yenny bilang, 'Mas, Mas harus ke Tebuireng', waktu itu saya didampingin oleh Gus Ipin," ujarnya.
"Ketika saya datang ke sana, begitu saya mendoakan Gus Dur, begitu keluar saya yakin, 'wah saya menang, saya menang, saya yakin saya menang'," kenang dia.
Dalam pidatonya itu, Pram kemudian berpesan kepada NU Jakarta agar berkontribusi yang signifikan bagi keumatan. Ia ingin agar hubungan antara pemimpin dan ulama terus dirawat.
"Karena bagi saya sendiri hubungan umaroh dan ulama, salah satu ulama terbesar organisasinya di Indonesia ini namanya Nahdlatul Ulama. Kalau organisasi terbesar Nahdlatul Ulama ini enggak dirawat dengan baik, yang rugi siapa? Yang rugi bangsa dan negara," papar dia.
"Maka, untuk itu Saudara-Saudara sekalian, dalam kesempatan ini, saya betul-betul ingin hubungan umaroh dan ulama ke Jakarta ini terjaga dengan baik," pungkasnya.