REPUBLIKA.CO.ID,TEL AVIV—Dalam rekaman yang baru saja bocor, mantan Kepala Intelijen IDF Aharon Haleva mengatakan kemampuan Hamas melakukan Operasi Badai Al-Aqsa bukan karena kegagalan intelijen atau respon yang buruk, melainkan sesuatu yang lebih dalam yang sudah berlangsung bertahun-tahun dan membutuhkan koreksi yang lebih dalam.
Rekaman itu mengungkapkan, Haleva menceritakan kejadian-kejadian menjelang pagi pada 7 Oktober 2023 dan menjelaskan mengapa dia memutuskan untuk mengundurkan diri dari jabatannya.
Percakapan yang berlangsung berbulan-bulan itu juga membahas keputusan politik dan militer yang menurutnya mengarah pada Operasi Badai Al-Aqsa.
Haleva membantah kegagalan intelijen atau kesalahan individu tertentu berada di balik operasi tersebut. "Ini adalah sesuatu yang jauh lebih dalam dari itu yang sudah berlangsung bertahun-tahun dan membutuhkan koreksi yang lebih mendalam," kata dia, dikutip Aljazeera, Ahad (17/8/2025).
Dia menekankan ini bukanlah kesalahan yang bisa diperbaiki. Seluruh sistem membutuhkan pembongkaran dan pembangunan kembali.
Dia mengatakan, dirinya ditanya dalam sebuah acara untuk memperingati 50 tahun Perang 6 Oktober 1973, apakah dia berpikir bahwa hal tersebut dapat terjadi lagi, dan dia menjawab: "Ya, hal itu dapat terjadi lagi." "Saya ulangi: Hari ini bisa saja terjadi lagi," tambahnya.
Panggilan tengah malam
Dalam sebagian rekaman tersebut, mantan kepala intelijen militer itu menceritakan kejadian-kejadian yang berlangsung beberapa jam sebelum Hamas melancarkan Operasi Badai Al-Aqsa.
BACA JUGA: Perang Iran Israel Segera Meletus dalam Skala Lebih Besar dan Mengerikan?
"Kartu SIM diaktifkan sejak pukul 21.00 pada Jumat," katanya, merujuk pada kartu SIM ponsel Israel yang diaktifkan oleh para anggota Hamas sebelum serangan.
"Namun panggilan telepon pertama dan terakhir yang saya terima pada malam hari adalah pada pukul 03.20 pagi dari asisten saya," katanya, sekitar tiga jam sebelum Hamas menyerbu perbatasan, dan itu tidak terkait dengan kartu SIM.