Musisi Daniel Baskara Putra mengungkap kebahagiaan terbesarnya saat karyanya menyatu dengan denyut nadi kehidupan masyarakat.
Dalam sebuah wawancara eksklusif bersama Apple Music, pria yang akrab disapa Baskara itu mengaku senang ketika mendengar lagu-lagunya digubah dan dinyanyikan oleh orang-orang dari berbagai kalangan, terutama oleh para musisi jalanan.
Di mata Baskara, fenomena itu bukan sekadar apresiasi biasa, melainkan bentuk sanjungan tertinggi terhadap seorang seniman.
"Senang. Gue selalu senang melihat lagu gue digubah orang dengan cara berbeda. Gue sering melihat itu di internet dan media sosial. Menurut pribadi, itu sanjungan tertinggi," ujar Baskara.
Baginya, esensi sejati dari sebuah karya adalah ketika bisa hidup dan bergema di ruang yang tak terduga.
"Karya lo dinikmati oleh orang yang enggak ada di lingkungan lo, di pola keseharian yang sama dengan kita semua. Senang banget, sesimple dinyanyikan anak kecil aja. Jadi senang banget," lanjutnya.
Musisi 31 tahun itu tersentuh saat menyaksikan langsung lagu-lagunya dibawakan oleh para pengamen di sudut-sudut jalan kota.
"Akhir-akhir ini gue melihat juga dibawakan sama musisi jalanan, di pinggir tenda, jalan, itu sangat menghangatkan hati," ucap Baskara.
Baskara: Jangan Takut Putar Karya Gue
Akhir-akhir ini, kekhawatiran muncul di kalangan pemilik usaha kecil atau musisi jalanan terkait hak cipta. Baskara menegaskan tidak akan pernah mempermasalahkan pemutaran lagu-lagunya di ruang publik skala kecil.
Dengan tegas, Baskara mempersilakan siapa saja untuk memutar karyanya, baik itu atas nama Hindia, Lomba Sihir, maupun .Feast.
Ia memisahkan urusan personalnya sebagai seniman dengan aspek hukum yang jadi mandat Lembaga Manajemen Kolektif Nasional (LMKN) dan Wahana Musik Indonesia (WAMI).
"Pasang aja, mau Hindia, Lomba Sihir, .Feast, mainkan aja. Enggak bakal ada sesuatu, misalnya bakal direcoki, terutama dari gue. Secara hukum, itu urusan LMKN sama WAMI. Jadi, ya, yang bikin aturan itu mereka, yang menjalankan mereka. Gue enggak punya power buat gratis dan sebagainya. Mereka juga subjek. Jadi menurut gue, pasang aja, jangan takut sama lagu," tegas Baskara.
Baskara tak ingin lagunya menjadi sumber ketakutan. Dia mengkritik bahwa sudah banyak rasa takut yang merasuki berbagai aspek kehidupan di Indonesia.
"Kita hidup dalam keadaan takut sama banyak hal. Sama bendera takut, sama film takut, sama hashtag takut, masa sama lagu juga takut? Jangan hidup dalam ketakutan," tutupnya.