
Menteri Perdagangan Budi Santoso menilai kebijakan pembebasan bea masuk bagi sejumlah produk Amerika Serikat (AS) tidak akan mengganggu pasar dalam negeri. Kebijakan ini merupakan bagian dari kesepakatan dagang antara Indonesia dan AS yang berlaku mulai 1 Agustus 2025.
"Kalau produk Amerika yang masuk kan produk yang kita butuhkan, gandum, kedelai, minyak, terus spare-part pesawat. Jadi enggak ada masalah," kata Budi di Semarang, Jawa Tengah, Jumat (25/7) dikutip Sabtu (26/7).
Indonesia menjadi salah satu negara di Asia Tenggara yang kena tekanan Presiden Donald Trump dengan kesepakatan tarif impor Indonesia dipangkas dari 32 persen menjadi 19 persen. Akan tetapi, Trump juga minta barang AS bebas masuk Indonesia.
Menurut Budi, pemangkasan tarif ini membuka peluang besar bagi ekspor Indonesia, khususnya ke pasar AS.

"Kan sampai sekarang 19 persen ya, kan tinggal sebentar lagi tanggal 1 Agustus. Kalau masih tetap, itu ya bagus. Kalau di ASEAN ya bagus, mungkin sama dengan Filipina 19 persen, tapi kami banyak kesempatannya di Amerika," ujarnya.
Budi menyebut, kini Negeri Paman Sam menjadi salah satu tujuan ekspor terbesar Indonesia. "Sekarang surplus kita dari Januari–Mei nomor 1 kita, artinya surplus Indonesia nomor 1 ke Amerika, nomor 2 ke India untuk Januari–Mei," katanya.
Sebaliknya, sepanjang 2024 nilai ekspor Indonesia ke India mencapai sekitar USD 14,7 miliar, sementara ke AS sekitar USD 14,4 miliar hanya dalam periode Januari–Mei.
"Mudah mudahan setelah 19 (persen) ini lebih besar karena ini sebenernya kesempatan kalo dulu kita bersaing sesama negara kan pada level tarif yang sama pake (tarif) MFN (Most Favored Nation), sekarang tarifnya beda, sekarang kita dapat tarif yang murah jadi ini kesempatan," tutur dia.