"Jadi banyak truk impor itu yang dipakai di pertambangan memang masuk melalui jalur BKPM (Badan Koordinasi Penanaman Modal/Kementerian Investasi). Cara masuknya ke sini memang legal, tapi menurut saya di situ ada celah," buka Sommy kepada kumparan, Jumat (8/8/2025).
Sommy menambahkan, selain tidak saja secara harga lebih murah, kendaraan-kendaraan berstatus Completely Built Up (CBU) itu lewat pengamatannya juga belum memenuhi syarat sertifikasi Euro 4 untuk kendaraan mesin diesel di dalam negeri.
"Ini kan malah menjadi tidak ada semacam keselarasan dengan peraturan yang ada. Intinya kami ada fairness aja begitu, dari celah peraturan tadi mungkin dari pemerintah dapat mengkaji ulang kembali," paparnya.
Selain itu, ia menampik ada sentimen khusus yang ditujukan pada produk impor atau merek China. Sommy memberi contoh salah satu pemain asal Tiongkok, FAW sudah terdaftar sebagai anggota Gaikindo (Gabungan Industri Kendaraan Bermotor Indonesia).
"Seperti FAW itu saya sudah mendengar bahwa untuk pembuatan bak belakang ternyata mereka menghubungi beberapa karoseri lokal, yang seperti ini kan masih sangat oke. Jadi harapannya ya seperti itu, kita bicara pembuatan rear body," jelasnya.
Karoseri, terangnya, merupakan salah satu industri padat karya yang banyak melibatkan sumber daya manusia dan turut berkontribusi kepada perekonomian negara. Sommy khawatir, lesunya permintaan karoseri berujung pada gelombang Pemutusan Hubungan Kerja (PHK).
"Ini dikhawatirkan memotong dua periuk nasi, dua bisnis. Kira-kira begitu, apalagi karoseri ini kan termasuk industri padat karya dengan melibatkan banyak sumber daya manusia dan juga punya rantai bisnis dengan vendor, supplier," katanya.
"Intinya kebijakan tersebut perlu dikaji ulang karena seperti APM (Agen Pemegang Merek) hingga karoseri ini kan di bawah payung Perindustrian yang mana sebenarnya kami ini meminta perlindungan soal ini," pungkas Sommy.
Salah satu Agen Pemegang Merek (APM) kendaraan komersial, Fuso beberapa waktu lalu pernah mengutarakan soal ketatnya persaingan pasar otomotif di segmen angkutan berat. Utamanya dari pemain asal China.
Apalagi Sales & Marketing Director PT Krama Yudha Tiga Berlian Motors (KTB), Aji Jaya mengatakan, situasi pasar tahun 2024 lalu dinilainya cukup berat, lantaran banyaknya agenda politik hingga penyesuaian regulasi lembaga pembiayaan.
"Ini mengakibatkan penjualan kendaraan komersil mengalami penurunan 15 persen dibanding 2023, dari 84.957 unit turun menjadi 72.703 unit," buka Aji saat acara buka bersama dengan awak media di Jakarta pada Maret lalu.