
Wakil Menteri (Wamen) Investasi dan Hilirisasi/BKPM, Todotua Pasaribu, buka suara terkait keputusan Presiden AS Donald Trump memangkas tarif impor terhadap Indonesia.
Todotua menyebut keputusan Trump memangkas tarif menandakan bahwa posisi Indonesia strategis di mata AS. Pemerintah saat ini masih konsolidasi terkait hal tersebut.
"Ya artinya kalau mau berbicara begitu kan negara kita strategis, artinya Amerika sudah mau untuk menurunkan dari 32 persen ke 19 persen. Nah ini kita juga lagi konsolidasi, karena kan beritanya baru ya," jelasnya saat ditemui di St Regis Jakarta, Rabu (16/7).
Selain Indonesia, AS juga turunkan tarif impor Vietnam dari 46 persen menjadi 20 persen. Todotua menilai secara umum, Asia Tenggara masih memegang peranan penting bagi AS.
"Tapi kalau saya lihat secara strategis di wilayah Asia Tenggara ini yang signifikan sangat turun. Artinya Amerika pun sendiri sangat mempertimbangkan daripada keberadaan negara Indonesia," imbuhnya.

Meski begitu, dia belum bisa menjelaskan dampaknya terhadap investasi, baik itu dari pemangkasan bea masuk Indonesia ke AS, maupun AS ke Indonesia yang juga ditetapkan menjadi 0 persen.
Di sisi lain, Todotua yang juga merupakan Wakil Komisaris Utama PT Pertamina (Persero) menyebut kesepakatan negosiasi terkait pembelian komoditas energi dari AS masih dalam pembicaraan. "Masih pembicaraan mengenai itu," tandas Todotua.
Sebelumnya, Trump mengatakan bahwa ia telah mencapai kesepakatan dengan Indonesia, di mana barang dari Indonesia akan dikenai tarif sebesar 19 persen, sementara barang dari Amerika Serikat tidak dikenai tarif sama sekali.
“Mereka membayar 19 persen dan kita tidak membayar apa pun,” kata Trump kepada wartawan di Gedung Putih, seperti yang dikutip Bloomberg, Selasa (15/7).
Dengan pemangkasan tersebut, maka tarif impor resiprokal terhadap Indonesia menjadi yang terendah kedua di Asia Tenggara, yakni Singapura 10 persen, Indonesia 19 persen, Filipina 20 persen, Vietnam 20 persen, Malaysia 25 persen, Thailand 36 persen, Kamboja 36 persen, Myanmar 40 persen, dan Laos 40 persen.