Bursa saham Amerika Serikat (AS) atau Wall Street ditutup melemah pada perdagangan Kamis (22/8) karena investor khawatir pernyataan Ketua Federal Reserve (The Fed) yang berpotensi bernada keras pada Jumat (22/8) dapat memicu volatilitas pasar. Selain itu, laporan kinerja kuartalan Walmart yang mengecewakan juga menekan sentimen.
Mengutip Reuters, indeks Dow Jones Industrial Average (.DJI) turun 152,81 poin atau 0,34 persen menjadi 44.785,50. S&P 500 (.SPX) melemah 25,61 poin atau 0,40 persen ke level 6.370,17, sementara Nasdaq Composite (.IXIC) merosot 72,54 poin atau 0,34 persen ke 21.100,31.
Seluruh perhatian pasar tertuju pada Jackson Hole Economic Policy Symposium, di mana Ketua The Fed Jerome Powell dijadwalkan berpidato Jumat (22/8) pukul 10.00 pagi waktu setempat. Investor akan mencermati sinyal kebijakan suku bunga, khususnya terkait kemungkinan penurunan suku bunga pada September setelah data terbaru menunjukkan pelemahan pasar tenaga kerja.
“Kemungkinan pemangkasan suku bunga The Fed masih sekitar 80 persen, tetapi kini mulai dipertanyakan. Itu sudah mulai tercermin dalam proyeksi investor. Mereka berpikir, ‘Lebih baik ambil untung dulu sekarang,’” kata Sam Stovall, Chief Investment Strategist di CFRA Research.
Menurut data LSEG, peluang pemangkasan suku bunga 25 basis poin pada September telah turun menjadi 79 persen dari 99,9 persen pada pekan lalu.
Volume perdagangan yang tipis pada Agustus diperkirakan akan memperbesar gejolak pasar usai pidato Powell. Volume saham di bursa AS pada Kamis (21/8) tercatat 12,28 miliar lembar, jauh di bawah rata-rata 17,08 miliar untuk 20 hari perdagangan terakhir.
“Keraguan soal apa yang akan disampaikan Powell di Jackson Hole jelas membebani selera risiko investor. Jika pidatonya lebih hawkish dari perkiraan, pasar bisa mengalami aksi jual yang cukup besar,” ujar Adam Turnquist, Chief Technical Strategist di LPL Financial.
Beberapa pejabat The Fed, termasuk Presiden Fed Cleveland Beth Hammack, Presiden Fed Atlanta Raphael Bostic, dan Presiden Fed Kansas City Jeffrey Schmid, sebelumnya menyampaikan sikap hati-hati dan menegaskan perlunya bergantung pada data ekonomi.
Sementara itu, laporan swasta menunjukkan aktivitas bisnis meningkat pada Agustus, menandakan kondisi ekonomi yang rumit bagi The Fed dalam mengambil keputusan suku bunga bulan depan. Laporan lain juga mencatat penjualan rumah tinggal di AS pada Juli naik di luar perkiraan.
Imbal hasil obligasi AS naik setelah rilis laporan tersebut, sehingga menambah tekanan pada saham. Dari 11 sektor S&P 500, sembilan sektor melemah, dipimpin sektor consumer staples yang turun 1,18 persen. Penurunan terjadi setelah Walmart menaikkan proyeksi penjualan dan laba tahun fiskal berkat permintaan kuat dari konsumen di semua lapisan, tetapi gagal memenuhi estimasi laba kuartalan dan memperingatkan kenaikan biaya akibat tarif.
Kemudian saham Walmart anjlok 4,5 persen. Investor juga mencermati laporan dari retailer lain seperti Target dan Home Depot minggu ini untuk menilai dampak tarif AS terhadap belanja konsumen.
“Situasi di sektor konsumen saat ini masih campuran. Ada ketidakpastian di perekonomian, baik terkait kondisi pasar tenaga kerja maupun kenaikan harga akibat beban tarif,” kata Chris Zaccarelli, Chief Investment Officer di Northlight Asset Management.
Di sisi lain, aksi jual saham teknologi yang sempat terjadi awal pekan ini mulai mereda, meskipun saham Nvidia, Meta, Amazon.com, dan Advanced Micro Devices masih bergerak lemah. Kekhawatiran bahwa valuasi saham teknologi sudah terlalu tinggi setelah reli sejak April, ditambah intervensi pemerintah AS yang makin besar di sektor ini, turut menekan sentimen.