
Suasana lengang menyelimuti Sekolah Menengah Atas (SMA) Taman Siswa di Jalan Taman Siswa No 7, Malabar, Kota Bandung. Lorong-lorong panjang yang biasanya dipenuhi langkah siswa dan gelak tawa kini tampak sepi.
Tak terdengar derap langkah kaki para siswa yang berolahraga di halaman sekolah. Hanya segelintir mahasiswa yang mulai berdatangan. Lingkungan sekolah Taman Siswa sendiri terbagi menjadi SMP, SMA, SMK, dan perguruan tinggi.
Di lantai satu sekolah, berjajar ruang belajar untuk SMP, SMA, dan SMK. Sementara di lantai dua dan tiga digunakan untuk proses mengajar perguruan tinggi. Setiap jenjang pendidikan menengah, hanya tersedia satu kelas.
Di tengah sepinya suasana sekolah, seorang Guru Sosiologi Suluh Basuki terlihat menyusuri ruang kelas. Langkah kakinya berhenti sejenak di depan ruang kelas sepuluh. Kedua matanya melongok ke dalam kelas, mengamati seorang siswa yang tengah belajar seorang diri.
Dahulu, kelas-kelas itu berisi lebih dari 36 siswa. Namun, setiap tahunnya jumlah peminat ke SMA Taman Siswa mengalami penurunan. Pada tahun 2024, terdapat 12 siswa yang diterima.
“Kalau tahun ini, kebetulan kemarin itu yang daftar 8 orang atau 10 orang gitu. Kemudian beberapa orang keterima di (sekolah) negeri, sekarang jadi 1 orang,” tutur Suluh saat ditemui di lokasi, Rabu (23/7).
Meskipun kini hanya memiliki satu siswa baru, Suluh mengatakan, pihak sekolah tetap akan memberikan yang terbaik. Menurutnya, ini menjadi tanggung jawab seorang guru untuk mencerdaskan para anak didiknya.

Ia juga telah berdiskusi dengan orang tua dan siswa untuk menawarkan pindah ke sekolah lain agar memiliki teman. Namun, siswa dan orang tuanya memilih untuk tetap tinggal.
“Kemarin sudah memang kita berusaha untuk mencoba untuk daripada sendirian di sini, kemudian kami bisa (bantu) dilimpahkan ke sekolah lain. Tapi orang tua siswa dan siswanya tetap ingin di sini,” ungkapnya.
Penerimaan Siswa Baru Masih Berjalan
Jumlah murid baru yang sedikit turut berdampak terhadap kegiatan Masa Pengenalan Lingkungan Sekolah (MPLS) yang dihentikan sementara waktu. Suluh mengatakan, proses MPLS akan kembali dilanjutkan setelah masa penerimaan murid baru selesai.
“Masih. Kalau yang sudah-sudah itu, biasanya bulan-bulan Agustus ada (murid baru). Artinya mereka-mereka yang sudah mentok gitu ya, ke sana nggak bisa (diterima), ke sini nggak bisa (diterima),” katanya.
Sebelumnya, Gubernur Jawa Barat Dedi Mulyadi mengeluarkan Kepgub bernomor 463.1/Kep.323/Disdik/2024 Tentang Petunjuk Teknis Pencegahan Anak Putus Sekolah Jenjang Pendidikan Menengah di Provinsi Jawa Barat.
Dalam keputusan gubernur tersebut dijelaskan bahwa akan ada penambahan jumlah murid dalam satu kelasnya di SMA Negeri menjadi 50 orang. Penambahan jumlah murid itu disesuaikan dengan luas ruang kelas yang akan digunakan.