Menteri Keuangan Sri Mulyani Indrawati menyatakan Indonesia membutuhkan total investasi sebesar Rp7,45 kuadriliun agar perekonomian nasional dapat mencapai pertumbuhan 5,4 persen secara tahunan. (ilustrasi)
REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Menteri Keuangan Sri Mulyani Indrawati menyatakan Indonesia membutuhkan total investasi sebesar Rp7,45 kuadriliun agar perekonomian nasional dapat mencapai pertumbuhan 5,4 persen secara tahunan (year-on-year/yoy) pada 2026.
“Untuk mencapai 5,4 persen pertumbuhan kita di tahun 2026 dibutuhkan Rp7.450 triliun dari total investment (investasi) di dalam GDP (Gross Domestic Product/Produk Domestik Bruto/PDB) kita,” ujar Sri Mulyani dalam Konferensi Pers RAPBN dan Nota Keuangan 2026 di Jakarta, Sabtu.
Ia menegaskan tidak semua investasi tersebut harus bersumber dari APBN 2026. Anggaran negara diharapkan hanya menjadi katalis untuk mengakselerasi kegiatan investasi. “Dari sisi investasi, Bapak Presiden (Prabowo Subianto) menyampaikan dan mengindikasikan tidak semuanya harus tergantung dari APBN, tapi APBN menjadi katalis dan saling membantu,” ucapnya.
Sektor target investasi pada tahun depan meliputi mineral dan batu bara, transisi energi, ketahanan energi, hilirisasi pertanian, serta hilirisasi kelautan dan perikanan. Kerja sama Badan Pengelola Investasi (BPI) Danantara Indonesia dan para pelaku usaha swasta juga akan diperkuat sebagai motor pertumbuhan ekonomi nasional.
Sri Mulyani menyebut terdapat tiga kontributor utama investasi pada 2026, yakni sektor swasta, Badan Usaha Milik Negara (BUMN) di bawah Danantara Indonesia, serta pemerintah melalui APBN. “Yang mana Rp720 triliun itu adalah investasi yang diharapkan dari Danantara. Sedangkan yang lain adalah dari sisi swasta Rp6.200 triliun dan APBN Rp530 triliun,” jelasnya.
Dalam kesempatan sama, Menteri Investasi dan Hilirisasi/Kepala Badan Koordinasi Penanaman Modal (BKPM), Rosan Perkasa Roeslani, menyampaikan dibutuhkan penanaman modal asing dan dalam negeri senilai Rp13.032,8 triliun dalam periode 2025–2029. Ia menuturkan target investasi pada 2025–2029 itu lebih tinggi sekitar 43 persen dibanding capaian investasi dalam 10 tahun terakhir, yakni 2014–2024 sebesar Rp9.912 triliun.
“Kontribusi dari investasi ini juga diharapkan terus meningkat karena memberikan dampak positif terhadap lapangan pekerjaan, daya beli, dan juga ekspor nasional,” kata Rosan.
sumber : Antara