Menteri Keuangan Sri Mulyani Indrawati mengungkapkan tingkat kemiskinan Indonesia pada 2025 turun ke level terendah, yakni di 8,47 persen. Namun, jumlah penduduk miskin di Tanah Air masih cukup banyak.
“Tingkat kemiskinan juga pertama kali turun di bawah 9 persen yaitu 8,47 persen, meskipun headcount-nya ada di angka 23,85 juta, jumlah penduduk miskin kita juga turun dari 25,22 juta ke 23,9 juta orang,” kata Sri Mulyani dalam rapat kerja dengan Komisi XI DPR RI di Kompleks Parlemen Senayan, Jakarta, Jumat (22/8).
Selain itu, Sri Mulyani juga menyoroti perbaikan di sektor ketenagakerjaan. Pada 2025, tercatat pembukaan lapangan kerja mencapai 3,59 juta, meningkat tipis dari 2024 yang sebanyak 3,55 juta.
Sementara tingkat pengangguran terbuka turun menjadi 4,76 persen, setara dengan 7,3 juta orang, dari sebelumnya 7,2 juta orang atau 4,82 persen pada tahun 2024.
"Stabilitas ekonomi telah memberikan perbaikan pada beberapa indikator kesejahteraan. Tingkat pengangguran menurun di 4,76 persen dari tingkat pengangguran terbuka, di mana lapangan kerja yang tercipta naik dari 3,55 juta ke 3,59 juta,” jelas Sri Mulyani.
Lebih lanjut, Sri Mulyani menegaskan APBN masih menjadi instrumen utama untuk menjaga stabilitas ekonomi nasional. Menurutnya, APBN kerap menjadi tumpuan ketika Indonesia menghadapi tantangan global dan kebutuhan pembangunan dalam negeri.
Agar beban fiskal tidak sepenuhnya ditanggung APBN, Sri Mulyani menyebut pemerintah bakal memaksimalkan BPI Danantara dan sektor swasta untuk mendorong pertumbuhan ekonomi nasional.
“Namun bisa kemudian mesin pertumbuhan bisa dibagi kepada Danantara dan juga swasta di dalam mendorong kemajuan ekonomi Indonesia,” tutur Sri Mulyani.