
MENTERI Keuangan Sri Mulyani Indrawati angkat bicara soal penjarahan yang menimpa rumah pribadinya akhir pekan lalu. Ia menyebut aksi tersebut bukan hanya merusak secara fisik, tetapi juga runtuhnya nilai-nilai kemanusiaan dan fondasi kehidupan berbangsa.
“Dalam kerusuhan tidak pernah ada pemenang. Yang ada adalah hilangnya akal sehat, rusaknya harapan, runtuhnya fondasi berbangsa dan bernegara, kita negara hukum yang berperikemanusiaan yang adil dan beradab,” kata Sri Mulyani dalam Instagram @smindrawati, Rabu (3/9).
Dalam unggahan tersebut, ia mengenang sebuah lukisan bunga karya tangannya sendiri, yang dilukis 17 tahun silam. Lukisan itu menjadi salah satu barang pribadi yang dijarah massa saat kerusuhan terjadi pada Minggu (31/8) dini hari.
Sri Mulyani menyebut lukisan itu mempunyai makna personal yang cukup besar, yang merupakan hasil dan simbol perenungan serta kontemplasi dirinya. Selayaknya rumah tempat anak-anaknya tumbuh dan bermain, lanjut dia, lukisan itu sangat pribadi dan menyimpan kenangan yang tak ternilai harganya.
Sementara si penjarah yang tertangkap kamera, terlihat ringan membawa lukisan itu keluar dari rumah pribadinya.
“Lukisan bunga itu telah raib lenyap seperti lenyapnya rasa aman, rasa kepastian hukum, dan rasa perikemanusiaan yang adil dan beradab di bumi Indonesia,” tulisnya.
“Liputan penjarahan dimuat di media sosial dan diviralkan secara sensasional. Menimbulkan histeria intimidatif yang kejam. Hilang hukum, hilang akal sehat, dan hilang peradaban dan kepantasan, runtuh rasa perikemanusiaan. Tak peduli rasa luka yang tergores dan harga diri yang dikoyak yang ditinggalkan.”
Sri Mulyani menegaskan, yang jauh lebih menyakitkan adalah hilangnya nyawa warga sipil dalam kerusuhan yang terjadi di berbagai daerah. Ia menyebut nama-nama korban jiwa, seperti Affan Kurniawan, Muhammad Akbar Basri, Sarinawati, Syaiful Akbar, Rheza Sendy Pratama, Rusdamdiansyah, dan Sumari — sebagai pengingat bahwa tragedi kelam bagi Indonesia.
“Indonesia adalah rumah kita bersama. Jangan biarkan dan jangan menyerah pada kekuatan yang merusak itu. Jaga dan terus perbaiki Indonesia bersama, tanpa lelah, tanpa amarah, dan tanpa keluh kesah serta tanpa putus asa,” tutup isi unggahannya.
Menurut kesaksian warga sekitar yang dikutip Antara, penjarahan di kediaman Sri Mulyani terjadi dalam dua gelombang: pertama sekitar pukul 01.00 WIB, dan kedua pukul 03.00 WIB. Massa gelombang kedua disebut lebih besar, didominasi pemuda berusia sekitar 20-an.
Beberapa saksi menyebut, aksi tersebut tampak terorganisasi. Massa berkumpul sejak pukul 00.30 WIB di depan kompleks Jalan Mandar, lalu masuk setelah mendapat aba-aba. Bahkan, ada yang terlihat menggunakan drone.
Setelah kejadian, Sri Mulyani menyampaikan permohonan maaf atas insiden tersebut dan menyatakan akan melakukan evaluasi.
Ia menutup dengan harapan agar bangsa Indonesia tetap menjaga persatuan dan semangat membangun bersama. Ia mengaku memahami bahwa membangun Indonesia merupakan perjuangan yang tidak mudah. Ia pun mengajak masyarakat untuk saling menjaga dan membangun Indonesia bersama. (P-4)