GUNUNG Ili Lewotolok di Kabupaten Lembata, Nusa Tenggara Timur, mengalami erupsi yang disertai lontaran api pijar dari puncak, pada Rabu malam ini, 3 September 2025. Kepala Badan Geologi Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) Muhammad Wafid menjelaskan bahwa erupsi Gunung Ili Lewotolok terjadi dengan tinggi kolom abu teramati sekitar 500 meter di atas puncak atau 1.923 meter di atas permukaan laut.
"Kolom abu teramati berwarna putih hingga kelabu dengan intensitas tebal condong ke arah barat," kata dia di Jakarta.
Menurut dia, erupsi yang juga disertai dentuman sedang itu terekam di seismogram dengan amplitudo maksimum 22,4 mm dan durasi sekitar 55 detik pada pukul 20.13 Wita
Meski demikian status Gunung Ili Lewotolok masih berada pada Level III (Siaga). Badan Geologi merekomendasikan masyarakat, pengunjung, maupun wisatawan agar tidak melakukan aktivitas dalam radius tiga kilometer dari puncak gunung.
Masyarakat juga diminta mewaspadai potensi guguran atau longsoran lava serta awan panas di sektor selatan, tenggara, barat, dan timur laut gunung. Selain itu, warga diimbau tetap tenang jika mendengar dentuman atau gemuruh karena merupakan bagian dari aktivitas erupsi.
"Suara dentuman yang keras dapat menimbulkan getaran kuat pada beberapa bagian bangunan terutama kaca jendela dan pintu," kata dia.
Ia menambahkan bahwa masyarakat yang berada di sekitar Ili Lewotolok di NTT disarankan menggunakan masker serta pelindung mata dan kulit untuk menghindari gangguan pernapasan akibat abu vulkanik.
Badan Geologi juga mengingatkan potensi bahaya lahar yang bisa terjadi pada musim hujan, sehingga warga di sekitar lembah atau aliran sungai berhulu di puncak gunung diminta meningkatkan kewaspadaan.